Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Berbakti Kepada Orang Tua Terutama Ibu, Inilah 4 Alasannya

Redaksi
×

Berbakti Kepada Orang Tua Terutama Ibu, Inilah 4 Alasannya

Sebarkan artikel ini

Sehingga sebagai anak kewajiban untuk berbakti kepada orang tua merupakan ibadah yang penting. Acapkali ada kisah dan cerita seorang yang ahli ibadah kepada Allah Swt, namun lupa memperhatikan orang tuanya. Sehingga orang ahli ibadah tersebut tidak dapat menikmati bau harum surga.

Jadi berbakti kepada orang tua merupakan jihad yang memiliki nilai ibadah luar biasa. Bahkan digambarkan pada kisah sahabat Al-Qamah yang hendak ikut berperang. Namun Rasulullah Saw melarangnya, sebab Al-Qamah memiliki orang tua yang wajib dijaga. Sehingga Rasulullah Saw menyampaikan bahwa berbakti kepada orang tua pahalanya sama dengna orang yang berjihad berperang di jalan Allah Swt.

3. Kedudukan Ibu Lebih Tinggi Dibandingkan Ayah

Lantas kepada kedudukan ibu lebih tinggi dibandingkan kedudukan ayah? Hal ini tidak dapat lepas, bagaimana seorang ibu memiliki tanggung jawab yang besar. Baik saat ini mengandung, melahirkan hingga menyusuinya.

Hal ini tergambar betapa ibu memiliki bentuk penderitaan yang berbeda dengan ayah. Sebagaimana Allah Swt berfirman:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)

Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi Saw menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi Saw, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Menjaga Lisan dan Tidak Menyakiti Hati Orang Tua

Seorang anak hendaknya senantiasa menjadi perasaan orang tua, terutama terkait lisan saat berbicara. Begitu juga untuk menjaga hati meraka, supaya tidak tersingung atau yang membuat goyang jiwa orang tua.

Allah Swt berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Isra: 23)

Ayat di atas menerangkan, sebagai anak bahkan sekadar mengucap “ah” ada larangannya. Apa lagi sampai membentak orang tua, tentu hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya kedudukan berbakti kepada orang tua dalam agama Islam. (Luk)