Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Berbakti Kepada Orang Tua Terutama Ibu, Inilah 4 Alasannya

Redaksi
×

Berbakti Kepada Orang Tua Terutama Ibu, Inilah 4 Alasannya

Sebarkan artikel ini

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa: 36)

Ayat Al-Quran di atas menerangkan betapa pentingnya beribadah kepada orang tua, setelah larangan untuk menyekutukan Allah Swt. Ayat ini mengisyaratkan bahwasanya kedudukan berbakti kepada orang tua hal terpenting, posisinya berada setelah ibadah kepada Allah Swt.

Sehingga sebagai anak kewajiban untuk berbakti kepada orang tua merupakan ibadah yang penting. Acapkali ada kisah dan cerita seorang yang ahli ibadah kepada Allah Swt, namun lupa memperhatikan orang tuanya. Sehingga orang ahli ibadah tersebut tidak dapat menikmati bau harum surga.

Jadi berbakti kepada orang tua merupakan jihad yang memiliki nilai ibadah luar biasa. Bahkan digambarkan pada kisah sahabat Al-Qamah yang hendak ikut berperang. Namun Rasulullah Saw melarangnya, sebab Al-Qamah memiliki orang tua yang wajib dijaga. Sehingga Rasulullah Saw menyampaikan bahwa berbakti kepada orang tua pahalanya sama dengna orang yang berjihad berperang di jalan Allah Swt.

3. Kedudukan Ibu Lebih Tinggi Dibandingkan Ayah

Lantas kepada kedudukan ibu lebih tinggi dibandingkan kedudukan ayah? Hal ini tidak dapat lepas, bagaimana seorang ibu memiliki tanggung jawab yang besar. Baik saat ini mengandung, melahirkan hingga menyusuinya.

Hal ini tergambar betapa ibu memiliki bentuk penderitaan yang berbeda dengan ayah. Sebagaimana Allah Swt berfirman:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)

Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ