Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Drama Korea Birthcare Center: Pesan untuk Para Ibu

Redaksi
×

Drama Korea Birthcare Center: Pesan untuk Para Ibu

Sebarkan artikel ini

Birthcare Center merupakan drama Korea Selatan yang telah berakhir pada 24 November lalu. Drama ini hanya memiliki delapan episode. Di setiap episodenya, penonton akan disuguhkan tentang cara merawat anak.

Uhm Ji-won yang berperan sebagai Oh Hyu-Jin diceritakan menjadi eksekutif termuda di perusahaannya. Ia bekerja keras sejak ia masih belia. Dua hari menjelang melahirkan, ia tetap menjalankan tugasnya.

Hyu Jin mengendarai mobil bersama rekan-rekan kantornya untuk melakukan lobi agar mendapatkan kontrak kerjasama dengan perusahaan lain. Melihat perut Hyu-Jin yang besar, sang eksekutif pun menyetujui kontrak tersebut sebagai hadiah kelahiran.

Namun, hal tak terduga terjadi. Air ketubannya pecah. Bukannya panik, Hyu-Jin menghubungi rumah sakit untuk memberitahukan bahwa ia akan segera melahirkan.

Di usianya yang menginjak hampir kepala empat, menjadi seorang Ibu bukanlah perkara yang mudah. Setelah melahirkan, Hyu Jin tinggal di pusat perawatan pasca melahirkan. Disana, ia bertemu perempuan lainnya yang juga baru saja melahirkan.

Awalnya Hyu Jin memiliki kesulitan dalam memberikan ASI kepada buah hatinya. Setelah mencoba berbagai hal, ia pun bisa memberikan ASI.

Namun, dilema pun tak terhindarkan ketika ia harus memutuskan untuk mengurus bayinya atau mempertahankan posisinya di perusahaan tempat ia bekerja. Hyu Jin begitu ingin menjadi Ibu yang baik dengan mengurus bayinya, namun ia juga sulit untuk melepaskan posisinya terutama setelah bertahun-tahun ia bekerja keras.

Ia pun memutuskan untuk mengambil cuti sabatikal mengasuh anak selama satu tahun. Namun, Hyu Jin berubah pikiran karena ia ingin mendapatkan proyek besar di perusahaannya. Ia pun menyesal dan menganggap dirinya egois.

Seorang Ibu yang juga tinggal di pusat perawatan mengatakan, “Para Ibu pada dasarnya egois karena kita manusia.”

Ibu yang Bekerja Menjadi Dilema

Seorang Ibu yang bekerja seringkali mengalami dilema antara mengurus anak atau tetap meniti karir. Tidak sedikit orang yang akhirnya memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga seutuhnya, namun ada juga yang tetap mempertahankan karirnya. Pilihan tiap orang itu berbeda. Akan tetapi, pada dasarnya, setiap Ibu pasti menyayangi anak-anak mereka.

Dari Birthcare, kita diajak untuk menghargai keputusan perempuan yang tetap bekerja sekalipun baru memiliki anak. Bagaimanapun kebahagian seorang ibu juga menjadi kebahagiaan bagi anaknya. Namun, hal itu jangan sampai menjadi kebablasan dalam artian pekerjaan dianggap menjadi prioritas utama sehingga anak tidak mendapatkan perhatian.

Di Indonesia sendiri ada beragam alasan para Ibu tetap bekerja diantaranya membantu perekonomian keluarga. Urusan cari nafkah itu kan tugasnya kepala keluarga? Perempuan di rumah saja urus anak. Sering mendengar perkataan ini dilayangkan kepada ibu yang bekerja? Ya, ndak bisa begitu. Jika hanya ayah saja belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan keluarga dan ibu tidak keberatan untuk bekerja untuk membantu, bukankah itu sudah masuk dalam mencampuri urusan privatisasi orang lain?

Belum lagi omongan lain, “Halah, bilang saja tidak mau mengurus anak.” Setiap orangtua khususnya Ibu pasti memiliki keinginan kuat untuk mengurus anak mereka terutama setelah merasakan sakitnya melahirkan baik normal maupun cesar. Belum lagi, sakitnya mengalami pembengkakan payudara ketika ASI penuh. Juga, hal lain yang terjadi paska melahirkan.

Penting sekali untuk menghargai keputusan yang diambil oleh para Ibu baik itu menjadi Ibu yang mengurus anak maupun Ibu yang bekerja. Bagaimana juga Ibu yang tetap dirumah tetap tergolong bekerja hanya tidak digaji karena mereka tetap mengerjakan pekerjaan di rumah.