Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Bergantung Pada Sektor Pertambangan, Kemiskinan Sulit Dientaskan

Redaksi
×

Bergantung Pada Sektor Pertambangan, Kemiskinan Sulit Dientaskan

Sebarkan artikel ini

Selain itu, untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Negeri Gingseng terus berinovasi. Pada tahun 2020, berdasarkan laporan Federasi Industri Korea (FKI), pengeluaran penelitian dan pengembangan (R&D) negara ini mencapai 93,1 triliun won (US$75,4 miliar) atau setara 4,81 persen dari PDB-nya.

Bukan hanya pemerintahnya, perusahaan besar di Korea juga meningkatkan inovasinya. Samsung berencana menginvestasikan 20 triliun won (US$15 miliar) untuk fasilitas R&D baru pada tahun 2028.

Sebagai bagian dari Digital New Deal, sebuah program untuk berinvestasi daam teknologi baru dalam perekonomian negara, Kementerian Sains dan Teknologi Informasi dan Komunikasi Korea juga berencana memulai industri metaverse di Korea Selatan dengan mendukung perusahaan serta menciptakan lapangan pekerjaan.

Mengingat keterbatasan yang dimiliki, inovasilah yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan. Dapat dikatakan, inovasi dapat menghasilkan produktivitas lebih tinggi. Ketika prodiktivitas meningkat, lebih banyak barang dan jasa diproduksi, yang membuat ekonomi tumbuh.

Sehingga, jika Indonesia tidak mengubah ketergantungannya terhadap SDA, maka sulit rasanya menyaingi negara maju lainnya.

Selain itu, di negara berkembang juga, dampak perubahan iklim terkait dengan faktor seperti ketergantungan yang tinggi pada mata pencaharian berbasis SDA.

Seperti disebutkan dalam jurnal yang dipublikasikan Cambridge University, perusahaan pertambangan memasuki pasar dengan tawaran pekerjaan dan pembangunan ekonomi lokal yang menggoda, namun narasi ini jarang tercermin dalam kenyataan. Jurnal itu menyimpulkan, narasi dari pertambangan sebagai instrumen pembangunan dan pengentasan kemiskinan hanya mitos.