Kalau tidak bisa memberikan kemakmuran paling tidak hiburlah rakyat yang sedang susah dengan harapan. Jangan umbar ‘kemewahan’ infrastruktur walaupun baru sekadar gambar dan maket. Pun jangan cekoki rakyat dengan pencapaian statistik yang absurd.
Statistik hanya indah saat presentasi sementara kelaparan tak bisa diselesaikan dengan angka tetapi dengan kebijakan, bekerpihakan, kepedulian dan empati.
Laporan BIN
BIN belum lama ini melaporkan ada ancaman global pada 2023 yang perlu diwaspadai berdasarkan foresight intelijen, analisa big data, dan counterpart intelijen dunia.
“Berdasarkan foresight (tinjauan masa depan) dari intelijen dunia, tahun 2023 ini akan menjadi tahun yang gelap dan penuh dengan ketidakpastian. Istilah intelijen disebut dengan winter is coming,” jelas kata Kepala BIN Jenderal Polisi (Pur) Budi Gunawan dikutip, Jumat (20/1/2023).
Potensi ancaman ini tidak hanya kemungkinan terjadi di belahan dunia lain tetapi juga bisa menjangkau Indonesia. Dan tidak hanya di kota-kota tetapi juga sampai ke perdesaan.
Perang Rusia dan Ukraina banyak yang memprediksi masih akan berlangsung lama dan melibatkan sejumlah negara. Kemungkinan akan diperparah dengan munculnya potensi penggunaan senjata nuklir dalam skala yang terbatas.
Sejauh ini perang kedua negara tersebut telah mengganggu rantai pasok dunia dalam bidang energi, pangan, pupuk dan juga berdampak pada perubahan iklim.
Sejumlah negara Eropa yang semula akan menutup pembangkit listrik tenaga nuklir dan batu batubara terpaksa mengurungkan niatnya. Tungku batubara kembali menyala dan dampaknya terhadap perubahan iklim akan semakin parah karena pasokan gas dari Rusia tersendat.
Belum lagi ketegangan yang terus meningkat di Indofasifik tepatnya di Selat Taiwan. Konflik ini akan terus mengganggu pasokan logistik dunia bila tidak segera diselesaikan.
Terkait pangan, BIN mendapat laporan per Januari 2023, Indonesia menjadi negara net importir komoditas pangan khususnya gandum, kedelai, beras, daging, dan bawang putih.
Ancaman lainnya PHK besar-besaran dan angka pengangguran yang tinggi.
Menyikapi kondisi tersebut seharusnya BIN tidak hanya meminta pemerintah daerah menyikapinya tetapi juga mendesak pemerintah pusat bertindak. Bila ancamannya sudah bisa diidentifikasi maka seharusnya pemerintah lebih berpihak pada pelaku UMKM dan juga pertanian.
Genjot produksi pertanian yang bisa dilakukan masyarakat dalam waktu cepat khusus untuk pangan utama seperti beras, jagung, kedelai, ubi dan juga sayuran. Berikan insentif.
Atau segera kampanyekan kepada masyarakat terutama di perdesaan untuk beralih menanam pangan lain. Contohnya sekarang Kementerian Pertanian tengah menggalakkan penanaman Sorgum. Tanaman pangan masa depan yang mudah ditanam dalam kondisi lahan ekstrem sekalipun.