Perang Rusia dan Ukraina banyak yang memprediksi masih akan berlangsung lama dan melibatkan sejumlah negara. Kemungkinan akan diperparah dengan munculnya potensi penggunaan senjata nuklir dalam skala yang terbatas.
Sejauh ini perang kedua negara tersebut telah mengganggu rantai pasok dunia dalam bidang energi, pangan, pupuk dan juga berdampak pada perubahan iklim.
Sejumlah negara Eropa yang semula akan menutup pembangkit listrik tenaga nuklir dan batu batubara terpaksa mengurungkan niatnya. Tungku batubara kembali menyala dan dampaknya terhadap perubahan iklim akan semakin parah karena pasokan gas dari Rusia tersendat.
Belum lagi ketegangan yang terus meningkat di Indofasifik tepatnya di Selat Taiwan. Konflik ini akan terus mengganggu pasokan logistik dunia bila tidak segera diselesaikan.
Terkait pangan, BIN mendapat laporan per Januari 2023, Indonesia menjadi negara net importir komoditas pangan khususnya gandum, kedelai, beras, daging, dan bawang putih.
Ancaman lainnya PHK besar-besaran dan angka pengangguran yang tinggi.
Menyikapi kondisi tersebut seharusnya BIN tidak hanya meminta pemerintah daerah menyikapinya tetapi juga mendesak pemerintah pusat bertindak. Bila ancamannya sudah bisa diidentifikasi maka seharusnya pemerintah lebih berpihak pada pelaku UMKM dan juga pertanian.
Genjot produksi pertanian yang bisa dilakukan masyarakat dalam waktu cepat khusus untuk pangan utama seperti beras, jagung, kedelai, ubi dan juga sayuran. Berikan insentif.
Atau segera kampanyekan kepada masyarakat terutama di perdesaan untuk beralih menanam pangan lain. Contohnya sekarang Kementerian Pertanian tengah menggalakkan penanaman Sorgum. Tanaman pangan masa depan yang mudah ditanam dalam kondisi lahan ekstrem sekalipun.
Jadikan industri dari hulu hingga hilir. Apalagi tanaman Sorgum ini dapat dimanfaatkan seluruh bagiannya dari bulir, daun dan batangnya.
Bulirnya bisa digunakan pengganti nasi dan tepung serta batangnya untuk pakan ternak, biomassa, gula merah, sirop juga bioenergi.
Pemerintah bilang dunia akan suram. Agar Indonesia tidak ikut-ikutan suram dan gelap maka ubah kebijakan Pemerintah secara radikal. Paling tidak untuk sementara. Berpihaklah pada UMKM dan petani.
Hentikan sementara proyek yang terus membebani APBN tetapi tidak berdampak langsung pada kebutuhan hidup mendesak seperti Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, kereta cepat Jakarta-Bandung, bandara di Bali Utara. Alihkan sementara dananya untuk menggenjot kebutuhan pokok dan energi nasional.
Sekali lagi, itu semua hanya butuh kebijakan radikal dari Pemerintah. [rif]