Kakeibo adalah seni mengatur uang yang pertama dilakukan jurnalis perempuan Jepang, Hani Motoko, pada tahun 1904. Kini Kakeibo kembali digemari.
BARISAN.CO – Tidak semua orang mudah menabung. Bahkan, orang berpendapatan besar sekalipun belum tentu terdorong mau menabung.
Endro Sariono, dalam bukunya “Manusia dan Perilaku Ekonomi” (2007), menyebutkan ada enam faktor yang memengaruhi keinginan menabung seseorang, di antaranya kekayaan yang dimiliki, tingkat bunga, sikap berhemat, keadaan perekonomian, distribusi pendapatan, dan dana pensiun.
Dari keenam faktor tersebut, memang disebutkan kekayaan menjadi salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk menabung.
Namun, pada faktor yang lain, seseorang dapat menabung asalkan mau berhemat. Artinya, seseorang dapat mulai menabung dengan nominal yang ia mampu sisihkan dari penghasilan berapapun itu.
Cara Orang Jepang Menabung
Belajar soal menabung, orang Jepang memiliki metode sederhana dalam mengatur kekuangan bernama kakeibo. Secara harfiah, metode itu memiliki arti “seni penganggaran manual”.
Ditemukan pertama kali pada 1904, kakeibo justru ditemukan bukan dari kalangan pengusaha atau ekonom, melainkan digagas oleh jurnalis perempuan pertama Jepang, Hani Motoko. Selama itu juga masyarakat Jepang menggunakan metode itu untuk menabung.
Waktu itu, mengutip dari laman Refinery29, kakeibo sejatinya diperuntukan bagi para perempuan Jepang yang kesulitan dan sibuk dalam melakukan manajemen keuangan. Pada perkembangannya, siapapun dapat memanfaatkan metode tersebut untuk lebih bijak dalam mengatur keuangannya.
Pertanyaan Mendasar
Kakeibo dikenalkan kembali di 2017 oleh Fumiko Chiba dalam bukunya “The Japanese Art of Saving Money”, terdapat empat pertanyaan mendasar sebelum memulai manajemen keuangan.
- Berapa banyak uang yang dimiliki?
- Berapa banyak uang yang ingin ditabung?
- Berapa besar pengeluaran rutin?
- Bagaimana cara meningkatkan uang yang ditabung?
Kakeibo tak hanya sekadar soal pengeluaran dan pemasukan saja. Tapi, menurut Fumiko, empat pertanyaan mendasar itulah yang kemudian membangun kesadaran kakeibo untuk mengatur keuangannya.
Berapa banyak uang yang dimiliki berarti mengacu pada jumlah pendapatan bulanan yang diperoleh. Setelah mengetahui itu, membuatkan target untuk berapa banyak uang yang ingin ditabung beserta jangka waktu untuk mencapainya.
Selanjutnya, besaran pengeluaran rutin, artinya menghitung berapa uang yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kewajiban sekaligus menyusun skala prioritas untuk hal-hal yang wajib dipenuhi atau malah diabaikan.
Biasanya dalam mengelola pengeluaran, penganut kakeibo mengelompokkan pos pengeluarannya ke dalam empat kategori:
- Survival: pos pengeluaran untuk kebutuhan pokok, seperti biaya makan, cicilan, dan kewajiban lainnya.
- Optional: pos pengeluaran untuk kebutuhan sekunder mencakup rekreasi, hiburan, dan lainnya.
- Culture: pos pengeluaran untuk peningkatan wawasan, seperti buku, koran, dan lainnya.
- Extra: pengeluaran ekstra, semisal, perawatan kendaraan, renovasi rumah, dan lainnya.
Terakhir, cara meningkatkan uang yang ditabung berarti menjumlahkan uang yang sudah berhasil ditabung.
Maka, dengan menghitung selisih pengeluaran dan pendapatan akan diperoleh total selisih sebagai acuan target untuk meningkatkan total selisih selanjutnya untuk ditabung.
Menjadi ciri khas kakeibo, pencatatan dilakukan dengan tulis tangan. Cara tersebut bagus untuk kesadaran emosional, yakni sadar pada apa yang ditulis dan juga pada apa yang akan diputuskan selanjutnya. Sehingga itu, selain dibarengi dengan komitmen yang kuat, kakeibo menjadikan pengikutnya supaya lebih perhatian terhadap uang yang ia keluarkan. [dmr]