Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Butuh Waktu 200 Tahun untuk Diurai, Berapa Banyak Helai Baju yang Sudah Kamu Beli?

Redaksi
×

Butuh Waktu 200 Tahun untuk Diurai, Berapa Banyak Helai Baju yang Sudah Kamu Beli?

Sebarkan artikel ini

Jumlah ini akan terus meningkat di masa yang akan datang, seperti perkiraan The Sustainable Fashion Forum yaitu pada 2030 konsumsi pakaian dunia akan meningkat hingga 63 persen, dari 62 juta menjadi 102 juta ton.

Bagaimana dengan Indonesia?

Pada Juni 2020, salah satu portal data dan statistika asal Jerman, Statista, merilis data survei mengenai persentasi produk yang paling banyak dibeli oleh masyarakat Indonesia. Hasilnya sebanyak 76 persen orang Indonesia lebih banyak membeli pakaian.

Orang Indonesia juga senang membeli sepatu dibandingkan buku atau film. Persentasenya mencapai 69 persen.

Sama dengan hasil temuan Statista, Kredivo dan Katadata Insight Center pernah menunjukkan hasil risetnya di tahun 2019 bahwa orang Indonesia lebih senang membeli produk fesyen.

Meski begitu, sampai saat ini belum ada laporan terkait sampah baju di Indonesia seperti yang terjadi di Chili. Banyak pula gerakan alternatif untuk mengatasi sampah pakaian seperti yang dilakukan Lembaga Sosial Damar di Mojokerto yang pernah menggalang pakaian bekas di masyarakat. Pakaian layak pakai itu dijual kembali dengan harga yang murah. Kemudian komunitas Zero Waste membuat program TukarBaju sebagai langkah untuk mencegah pencemaran lingkungan. Dengan TukarBaju, orang tetap bisa berganti – ganti gaya fesyen tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli pakaian baru.

Menjamurnya Bisnis Thrifting di Indonesia

Saat ini bisnis thrifting di Indonesia bak jamur di musim penghujan. Minat masyarakat terhadap aktivitas membeli pakaian bekas membuat sejumlah orang melihat fenomena ini sebagai peluang bisnis.

Kini banyak orang yang berjualan di kios, pinggir jalan, bahkan di toko – toko daring atau online shop.

Fashion Designer Riri Rengganis mengungkapkan tiga faktor yang membuat masyarakat Indonesia menyukai thrifting yaitu kreatifitas dalam styling, murah atau hemat, dan keberlanjutan. “Masyarakat kini banyak yang menyadari baju bekas merupakan sumber limbah dunia yang sangat besar,” katanya.

Dengan demikian, bisnis thrifting sangat penting hari ini, tidak hanya sebagai perputaran roda ekonomi saja tapi juga meminimalisir limbah industri tekstil dan mengatasi global warming.

Maka, sebelum membeli baju bertanyalah pada diri sendiri untuk apa beli dan seberapa penting? Tak ada salahnya juga sekali – kali mencoba untuk thrifting demi bumi yang lebih baik. [ysn]