Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Cara Kota di Dunia Melawan Cuaca Panas

Redaksi
×

Cara Kota di Dunia Melawan Cuaca Panas

Sebarkan artikel ini

Perkembangan perkotaan mengakibatkan hilangnya pepohonan dan vegetasi menyebabkan suhu rata-rata di wilayah tersebut meningkat.

BARISAN.CO – Gelombang panas atau cuaca panas dapat berlangsung selama beberapa hari, yang berdampak signifikan pada masyarakat, termasuk peningkatan kematian terkait panas. Gelombang panas adalah salah satu bahaya alam paling berbahaya, tetapi jarang mendapat perhatian yang memadai karena jumlah kematian dan kehancurannya tidak selalu terlihat dengan jelas.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, dari tahun 1998-2017, lebih dari 166.000 orang meninggal karena gelombang panas. Jumlah itu termasuk lebih dari 70.000 yang meninggal selama gelombang panas tahun 2003 di Eropa.

Paparan penduduk terhadap panas meningkat karena perubahan iklim. Secara global, peristiwa suhu ekstrem diamati meningkat dalam frekuensi, durasi, dan besarnya. Antara tahun 2000 dan 2016, jumlah orang yang terpapar gelombang panas meningkat sekitar 125 juta.

Perkembangan perkotaan mengakibatkan hilangnya pepohonan dan vegetasi menyebabkan suhu rata-rata di wilayah tersebut meningkat. Ini dikenal sebagai efek pulau panas perkotaan UHI), yang berdampak pada kesehatan manusia dan hewan.

Sementara efek panas dapat diperburuk di kota-kota karena efek pulau panas perkotaan (UHI), mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat non-perkotaan juga dapat sangat terganggu selama dan setelah periode cuaca panas yang tidak biasa.

Gelombang panas dapat membebani layanan kesehatan dan darurat dan juga meningkatkan tekanan pada air, energi, dan transportasi yang mengakibatkan kekurangan daya atau bahkan pemadaman listrik. Ketahanan pangan dan mata pencaharian juga dapat terganggu jika orang kehilangan hasil panen atau ternak mereka karena panas yang ekstrem.

Melbourne, Australia

Tahun 2017, pemerintah negara bagian menjanjikan US$5 juta untuk menanam 500.000 pohon dalam upaya mendinginkan barat Melbourne, yang memiliki tutupan kanopi yang jauh lebih sedikit daripada area lain di kota.

Tujuannya untuk meningkatkan tutupan kanopi hingga 40 persen pada tahun 2040 dengan menanam lebih dari 3.000 pohon per tahun. Kenapa menanam pohon? Karena biayanya lebih murah dalam membantu mengatasi masalah efek pulau panas perkotaan sebagai bagian dari pendinginan dan penghijauan di Melbourne.

Menanam pohon memberikan manfaat meningkatkan hutan kota, meningkatkan keanekaragaman hayati dengan menanam berbagai ukuran dan spesies pohon dan berkontribusi pada koridor satwa liar, mengurangi suhu perkotaan yang akan membantu mengurangi penyakit dan kematian terkait panas, serta membantu membersihkan udara dengan menyaring polutan dan menyediakan oksigen, dan ini membantu memenuhi target emisi nol bersih Victoria pada tahun 2050. Selain itu, menyediakan ruang hijau yang lebih mudah diakses bagi penduduk perkotaan untuk rekreasi dan kemudahan untuk meningkatkan hubungan dengan alam dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik dan juga meningkatkan pengelolaan air hujan melalui peningkatan penyaringan dan pengurangan limpasan.

Tokyo, Jepang

Berbeda dengan Melbourne, Gedung Sony City Osaki di Tokyo adalah gedung pertama di dunia yang menggunakan konsep pendinginan ‘BioSkin’ alami, yang menarik panas dari gedung saat air menguap di sekitarnya sehingga menyebabkan udara di sekitarnya menjadi dingin. Gedung itu dibangun oleh firma arsitektur Jepang, Nikken Sekkei.

Konsep BioSkin terinspirasi dari teknik tradisional Jepang untuk mendinginkan udara seperti peneduh bambu yang disebut Sudare dan teknik penyemprotan air yang disebut Uchimizu. Sistem ini terdiri dari kisi-kisi keramik khusus yang menyalurkan air hujan melalui sistem. Sehingga dapat menjadi penyiram yang sangat besar untuk mendinginkan lingkungan gedung.