Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Cara Pemerintah Korsel Membantu Industri Hiburannya, Indonesia Bisa Menirunya!

Redaksi
×

Cara Pemerintah Korsel Membantu Industri Hiburannya, Indonesia Bisa Menirunya!

Sebarkan artikel ini

4. Tanpa Sensor

Alih-alih menyensor atau memotong adegan, mereka membiarkan seperti keinginan sutradara dan hanya bergantung pada sistem Korean Media Ratings Boards (KMRB) untuk memastikan acara itu khusus untuk umur tertentu. Nah, nantinya terserah pembuat film jika memang menyensor atau memotong adegannya jika mengingingkan rating usia di bawahnya.

Kayaknya ini sih bakalan sulit diterapin di Indonesia ya, guys!

5. Disediakan Pendanaan

Salah satu batu sandungan terbesar untuk industri film selalu pendanaan. Industri ini butuh banyak uang.

Pemerintah di sana menginvestasikan 380 miliar won untuk industri karakter animasi domestiknya. Dan, tahun ini, Kementerian Kebudayaan Korsel menggalang dana US$221 juta untuk membantu pembuat konten memproduksi konten populer seperti Squid Game. Kebijakan ini untuk menurunkan ketergantungan pembuatan konten pada platform asing.

Kementeriannya juga akan membantu produsen dalam negeri kelas kecil dan menengah mengamankan hak kekayaan intelektual atau berinvestasi dalam konten drama.

6. Menawarkan Kursus Pembuatan Film sejak Sekolah Dasar

Ah, gila! Beberapa sekolah di sana telah berinvestasi pada peralatan yang memungkinkan guru mengajar pembuatan film. Ini mencakup teknologi layar biru asli dan ruangan dengan set piece yang bisa digunakan untuk pementasan drama dan bermain peran.

7. Staf Produksi Bergaji Baik

Sebuah tampilan kepiawaian para aktor, tidak boleh mengabaikan para staf di belakang layar seperti penulis, sutradara, dan lain-lain. Di sana mereka mendapat bayaran sama baiknya dengan para aktor.

8. Rumah Produksi (PH) Tersedia di Setiap Provinsi

Semakin banyak PH, semakin banyak pemutaran film. Apalagi dengan kuota layar, box office meningkatkan film lokal secara signifikan ketimbang negara lain.

9. Tradisi dan Budaya Diperkuat

Drama kontemporer sering kali mempromosikan tradisi dan budaya negaranya. Misalnya, sistem sekolah, bisnis, atau kebiasaan modern di sana.

Ada juga, karakter drama meminta layanan supir pengganti atau daeri unjeoun. Pendekatan ini membantu menanamkan nasionalisme di antara audiensnya, setidaknya dalam hal hiburan cenderung mendukung industri lokal.

10. Pajak Ketat dan Adil

Tahun 2014, bintang terkenal Song Hye Kyo sempat meminta maaf karena penyimpangan pengajuan pajak penghasilan. Pajak di sana tidak mengenal seberapa populer dan kuat agensi mereka. Memang banyak selebriti yang tidak menghitung pajaknya sendiri dan mereka tahu betapa ketatnya pemerintahannya dan besarnya serangan balasan akan membuatnya tertangkap.

Oleh karena itu, tidak ada istilah favoritisme. Sekali terendus, bersiaplah menanggung malu. SM Entertainment pun tahun lalu harus membayar US$18 juta setelah penyelidikan pajak setelah ada dugaan penggelapan pajak.

Ngeri, ya?