Scroll untuk baca artikel
Blog

Catatan Atas Pendapatan Negara yang Melampaui Target

Redaksi
×

Catatan Atas Pendapatan Negara yang Melampaui Target

Sebarkan artikel ini

Penerimaan kepabeanan dan Cukai yang melonjak terutama disumbang oleh peningkatan pesat dari bea keluar (BK) dan cukai hasil tembakau (CHT). BK naik lebih dari 7 kali lipat (708,21%) didorong oleh kinerja volume ekspor terutama komoditas minerba tembaga dan produk CPO dan turunannya. Sedangkan penerimaan CHT sangat dipengaruhi oleh penyesuaian kebijakan tarif cukai rokok.

PNBP yang mengalami peningkatan sebesar 31,46% dan mencapai satu setengah kali lipat (151,57%) dari target. Bahkan, secara nominal capaian tahun 2021 merupakan yang tertinggi dalam sejarah APBN.

Namun sulit untuk tidak menilai bahwa faktor “keberuntungan” sangat besar dalam kinerja PNBP. Bahkan relatif tidak terduga oleh Pemerintah. Penyebabnya berupa kenaikan harga minyak mentah, Crude Palm Oil (CPO), mineral dan batubara. Kenaikan berlangsung hampir terus menerus sepanjang tahun, dan mencapai tingkat yang sangat tinggi pada semester kedua.

Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada tahun 2021 mencapai US$68,5 per barel, padahal hanya hanya US$40,4 pada tahun 2020. Rata-rata harga batubara acuan (HBA) mencapai US$121 per ton, atau jauh lebih tinggi dibanding tahun 2020 yang hanya US$58 per ton.

Penerimaan PNBP Sumber Daya Alam menjadi melonjak drastis. Tumbuh sebesar 55,12% dan mencapai 144,87% dari target. PNBP Lainnya naik signifikan terkait dengan tambahan Hasil Penjualan Tambang (PHT) dan Domestic Market Obligation (DMO). PNBP Lainnya tumbuh sebesar 35,90% dan mencapai 138,42% dari target. 

Dampak positif kenaikan harga juga diperoleh melalui Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) yang tumbuh sebesar 72,48% dan mencapai 203,34% dari target. Antara lain disebabkan oleh naiknya pendapatan dari pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit.

Keberuntungan besar dalam hal pendapatan tampak tidak terduga sebelumnya oleh Pemerintah. Jauh melampaui target APBN 2021 yang ditetapkan akhir tahun 2020. Bahkan, melampaui prakiraan (outlook) Pemerintah hingga pertengahan Agustus 2021 lalu. Dikonfirmasi dari data target APBN 2022 yang menjadi tampak sangat rendah. 

APBN 2022 menargetkan Pendapatan Negara sebesar Rp1.846,14 triliun atau turun 7,84% dari capaian tahun 2021. Penerimaan Kepabeanan dan Cukai hanya sebesar Rp245 triliun, atau turun sebesar 8,92%. PNBP sebesar Rp335,56 triliun atau turun sebesar 25,68%.

Target yang lebih rendah dalam total Pendapatan Negara beserta sebagian besar rincian utamanya merupakan sesuatu yang tidak lazim dalam pengelolaan APBN. Hal demikian terjadi pada APBN 2020 karena hingga pertengahan tahun lalu beberapa faktor sangat di luar prakiraan. Kebetulan bersifat keberuntungan dari sisi Pendapatan Negara.

Tantangan pengelolaan APBN 2022 dan tahun-tahun berikutnya jelas masih cukup berat. Meski capaian tahun 2021 patut disyukuri, dan tentu saja sebagiannya merupakan faktor kinerja Pemerintah. Namun, tidak memadai dan tidak seharusnya jika pengelolaan mengandalkan keberuntungan secara terus menerus. Tidak elok pula jika keberuntungan dikemukakan berlebihan sebagai prestasi kerja. [rif]