Lapangan usaha atau sektor Pertanian (termasuk kehutanan, perikanan) hanya tumbuh 1,37% dan secara kumulatif satu semester sebesar 1,29%. Pertumbuhannya cenderung menurun dan hampir selalu di bawah laju pertumbuhan PDB.
Sektor tanaman pangan sebagai bagian dari lapangan usaha pertanian bahkan hanya tumbuh 1,12% (yoy) pada triwulan II-2022. Pada triwulan sebelumnya kontraksi atau tumbuh minus 0,08%. Secara kumulatif semester satu hanya mencapai 0,55%.
Sementara itu, sektor perkebunan pun hanya tumbuh 0,27% (yoy) pada triwulan II-2022. Sebelumnya kontraksi atau tumbuh minus -0,24% pada triwulan satu, sehingga secara kumulatif semester satu hanya tumbuh 0,04%. Padahal, dalam sektor ini termasuk perkebunan besar.
Sektor industri pengolahan atau manufaktur masih memberi kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi, yakni sebesar 0,82%. Hal itu disebabkan porsinya dalam keseluruhan PDB (harga berlaku) masih yang terbesar, meski tumbuh lebih rendah dari rata-rata seluruh lapangan usaha.
Sektor industri pengolahan tercatat selalu tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2012. Selama era tahun 2011-2019, rata-rata tumbuh 4,65%, sedangkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,33%. Khusus era tahun 2015-2019, rata-rata hanya tumbuh 4,19% dan pertumbuhan ekonomi 5,03%.
Akibatnya, meski masih yang terbesar, porsi industri pengolahan dalam PDB cenderung menurun. Porsinya masih sebesar 22,04% pada tahun 2010, kemudian turun menjadi 21,08% pada tahun 2014. Dan hanya sebesar 19,25% pada tahun 2021. Bahkan pada PDB harga berlaku triwulan II-2022, porsinya hanya sebesar 17,84%.
Uraian di atas tidak bermaksud menyangkal kinerja pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 yang cukup baik. Namun memberi catatan antara lain secara sektoral tidak didukung oleh kinerja sektor-sektor yang terkait erat fundamental ekonomi Indonesia. Artinya belum menjamin keberlanjutan kinerja ke depan. Selain itu kurang didukung oleh sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. [rif]