Pun, Yunarto Wijaya, juragan poling yang saya pastikan tak mengerti tentang kurban dan maknanya, mengamininya hampir senada. Surveyor yang juga merangkap analis politik dan pendukung Presiden Jokowi ini menuding kurban telah dipolitisasi.
Tapi memang apakah pemilihan nomor itu kebetulan atau disengaja. Kalau pun disengaja, Anies sangat cerdas dalam memainkan semiotika. Jadi apapun penuh dengan makna sehingga membuat orang berpikir. Coba kalau saja sapi kurban Pak Jokowi diberi nomor 03, pasti akan mengandung makna dan akan jadi headline. Siapapun tak akan menyebut 03 sebagai angkot jurusan Depok-Parung Bingung.
3. Kelucuan si Poltak Ancam Anies
Ruhut Sitompul disebut kutu loncat dalam politik. Dulu baju kuning, kemudian biru dan kini jaket merah. Suaranya selalu lantang termasuk soal ancam potong kuping sendiri. Namun tidak jadi.
Nah, kalau sekarang dia lebih sering ancam Anies. Getol sekali komentar tentang Anies. Sempat harus berurusan dengan polisi karena dituding fitnah Anies dengan meme. Sempat ciut. Tapi belakangan kembali garang.
Sepertinya ada yang kurang dalam dirinya bila sehari pun tak komentar tentang Anies. Kasus terbaru, si Poltak yang mengaku pengacara papan atas ini berkoar-koar lewat aku media sosialnya akan bongkar-bongkar kasus Anies setelah Oktober 2022. Artinya setelah Anies pensiun dari gubernur.
Orang dungu pun bertanya, lha kalau punya bukti dan cukup kenapa harus tunggu setelah Oktober. Apalagi jabatan gubernur tidak selevel Presiden gampang sekali prosesnya. Anies dipanggil dan diperiksa KPK saja mudah. Kenapa tidak sekarang saja kalau Ruhut punya bukti. Jangan-jangan setelah Anies pensiun nanti Ruhut sudah tak kader PDI Perjuangan lagi.
4. Kelucuan Presiden Jokowi Ajak Masyarakat Medan Berdoa Agar APBN Kuat Memberikan Subsidi
Mungkin ini bukan doa tapi harapan biasa. Doa agar APBN masih kuat untuk tetap menyubsidi BBM khususnya pertalite sebenarnya itu bukan kehendak Tuhan. Ini sebenarnya adalah kehendak Presiden cum Pemerintah.
Pemerintah selalu menganggap subsidi sebagai beban. Seolah subsidi itu sebagai belas kasihan. Padahal dalam konstitusi negara itu harus memelihara orang miskin. Ini tugas mulia.
Soal APBN kuat menyubsidi atau tidak sebenarnya bukan urusan Tuhan itu adalah urusan manusia di dunia. Artinya Presiden itu memihak rakyat terutama rakyat kecil atau mementingkan interest lain apakah itu pencitraan atau kelompok oligarki.
Sebenarnya untuk membantu rakyat kecil, mereka tidak harus berdoa tetapi langsung bertindak dengan memberikan kebijakan yang prorakyat. Misalnya, hentikan dulu proyek mercusuar agar APBN bisa tetap berpihak pada rakyat kecil seperti menunda pembangunan Kereta Cepat Jakarta – Bandung dan membatalkan sementara pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.