Scroll untuk baca artikel
Opini

Catatan Kelucuan di Negeri +62

Redaksi
×

Catatan Kelucuan di Negeri +62

Sebarkan artikel ini

LUCU. Sebuah kosakata yang bisa dimaknai berbeda dalam ranah politik. Politikus yang tidak menyejahterakan konstituennya dan presiden yang tidak berpihak kepada rakyat miskin juga bisa dikatakan lucu.

Lucu tidak harus membuat seseorang tersenyum atau tertawa. Karena segelintir oligarki yang bisa mengatur 270 juta penduduk Indonesia pun bisa dikatakan lucu.

Sebelum membahas lucu dan kelucuan ngelantur ke mana-mana saya akan membatasi kepada beberapa isu mutakhir yang menurut versi saya sangat lucu.

Anda bisa saja tidak setuju. Atau justru sebaliknya. Karena memang di Indonesia yang di kalangan netizen disebut Negeri +62 memang segalanya serasa serba absurd.

1. Lucunya Putusan MK dan Istilah Hukum yang Bikin Pusing Rakyat

Putusan MK yang dianggap lucu soal penolakan kembali gugatan atas ambang batas pencalonan presiden alias presidential treshold 20%. Sejumlah cerdik pandai menyebut ambang batas itu tidak konstitusional dan dianggap kedaluwarsa. Padahal penolakan kali ini melibatkan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan partai politik peserta pemilu seperti Partai Bulan Bintang (PBB)?

DPD dianggap tidak memiliki legal standing. Tetapi anehnya PBB yang memiliki legal standing pun ditolak dengan istilah hukum yang seperti mantra seorang dukun, ‘open legal policy’. Sederhananya: gue gak berwenang itu urusan pembuat UU yaitu Pemerintah dan DPR.

Tapi mungkin bagi yang lain justru yang lebih lucu pernikahan antara Ketua MK Anwar Usman dan adiknya Presiden Jokowi, Idayati. Gara-gara wedding of the year ini maka MK pun diplesetkan menjadi Mahkamah Keluarga.

2. Kelucuan Nomor Sapi 024 Milik Gubernur Anies Baswedan

Pemilu 2024 masih jauh tapi politikus dan juga kader partai sepertinya sudah panas dingin. Dikompori pula sama analis politik yang biar suatu waktu diundang televisi biar tenar. Jadi angka pun sensitif seperti halnya pada Pemilu 2019 Jokowi paling alergi dengan angka 01 atau angka 1 karena itu adalah nomor milik Prabowo yang saat itu berseteru dalam pencapresan. Kalau sekarang sih mereka semakin lucu karena seperti sahabat yang tidak ada bandingannya.

Nah, soal yang membuat media gaduh adalah sapi 024 dalam acara kurban di Jakarta International Stadium (JIS). Sapi kurban bernomor 024 itu adalah milik Gubernur DKI Jakarta. Tapi sebagian publik bukan fokus pada sapi yang berbobot sekira satu ton tersebut melainkan pada nomor 024. Singkatnya Anies Presiden 2024 itu. Begitulah!

Sudah pasti yang paling sewot adalah kelompok musuh Anies di Jakarta seperti PDI Perjuangan. Sampai-sampai Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono memastikan sapi kurban bernomor 024 bermakna politis. Bahkan dia menuding JIS telah dijadikan panggung untuk Pilpres 2024.

Pun, Yunarto Wijaya, juragan poling yang saya pastikan tak mengerti tentang kurban dan maknanya, mengamininya hampir senada. Surveyor yang juga merangkap analis politik dan pendukung Presiden Jokowi ini menuding kurban telah dipolitisasi.

Tapi memang apakah pemilihan nomor itu kebetulan atau disengaja. Kalau pun disengaja, Anies sangat cerdas dalam memainkan semiotika. Jadi apapun penuh dengan makna sehingga membuat orang berpikir. Coba kalau saja sapi kurban Pak Jokowi diberi nomor 03, pasti akan mengandung makna dan akan jadi headline. Siapapun tak akan menyebut 03 sebagai angkot jurusan Depok-Parung Bingung.

3. Kelucuan si Poltak Ancam Anies

Ruhut Sitompul disebut kutu loncat dalam politik. Dulu baju kuning, kemudian biru dan kini jaket merah. Suaranya selalu lantang termasuk soal ancam potong kuping sendiri. Namun tidak jadi.

Nah, kalau sekarang dia lebih sering ancam Anies. Getol sekali komentar tentang Anies. Sempat harus berurusan dengan polisi karena dituding fitnah Anies dengan meme. Sempat ciut. Tapi belakangan kembali garang.