LUCU. Sebuah kosakata yang bisa dimaknai berbeda dalam ranah politik. Politikus yang tidak menyejahterakan konstituennya dan presiden yang tidak berpihak kepada rakyat miskin juga bisa dikatakan lucu.
Lucu tidak harus membuat seseorang tersenyum atau tertawa. Karena segelintir oligarki yang bisa mengatur 270 juta penduduk Indonesia pun bisa dikatakan lucu.
Sebelum membahas lucu dan kelucuan ngelantur ke mana-mana saya akan membatasi kepada beberapa isu mutakhir yang menurut versi saya sangat lucu.
Anda bisa saja tidak setuju. Atau justru sebaliknya. Karena memang di Indonesia yang di kalangan netizen disebut Negeri +62 memang segalanya serasa serba absurd.
1. Lucunya Putusan MK dan Istilah Hukum yang Bikin Pusing Rakyat
Putusan MK yang dianggap lucu soal penolakan kembali gugatan atas ambang batas pencalonan presiden alias presidential treshold 20%. Sejumlah cerdik pandai menyebut ambang batas itu tidak konstitusional dan dianggap kedaluwarsa. Padahal penolakan kali ini melibatkan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan partai politik peserta pemilu seperti Partai Bulan Bintang (PBB)?
DPD dianggap tidak memiliki legal standing. Tetapi anehnya PBB yang memiliki legal standing pun ditolak dengan istilah hukum yang seperti mantra seorang dukun, ‘open legal policy’. Sederhananya: gue gak berwenang itu urusan pembuat UU yaitu Pemerintah dan DPR.
Tapi mungkin bagi yang lain justru yang lebih lucu pernikahan antara Ketua MK Anwar Usman dan adiknya Presiden Jokowi, Idayati. Gara-gara wedding of the year ini maka MK pun diplesetkan menjadi Mahkamah Keluarga.
2. Kelucuan Nomor Sapi 024 Milik Gubernur Anies Baswedan
Pemilu 2024 masih jauh tapi politikus dan juga kader partai sepertinya sudah panas dingin. Dikompori pula sama analis politik yang biar suatu waktu diundang televisi biar tenar. Jadi angka pun sensitif seperti halnya pada Pemilu 2019 Jokowi paling alergi dengan angka 01 atau angka 1 karena itu adalah nomor milik Prabowo yang saat itu berseteru dalam pencapresan. Kalau sekarang sih mereka semakin lucu karena seperti sahabat yang tidak ada bandingannya.
Nah, soal yang membuat media gaduh adalah sapi 024 dalam acara kurban di Jakarta International Stadium (JIS). Sapi kurban bernomor 024 itu adalah milik Gubernur DKI Jakarta. Tapi sebagian publik bukan fokus pada sapi yang berbobot sekira satu ton tersebut melainkan pada nomor 024. Singkatnya Anies Presiden 2024 itu. Begitulah!
Sudah pasti yang paling sewot adalah kelompok musuh Anies di Jakarta seperti PDI Perjuangan. Sampai-sampai Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono memastikan sapi kurban bernomor 024 bermakna politis. Bahkan dia menuding JIS telah dijadikan panggung untuk Pilpres 2024.
Pun, Yunarto Wijaya, juragan poling yang saya pastikan tak mengerti tentang kurban dan maknanya, mengamininya hampir senada. Surveyor yang juga merangkap analis politik dan pendukung Presiden Jokowi ini menuding kurban telah dipolitisasi.
Tapi memang apakah pemilihan nomor itu kebetulan atau disengaja. Kalau pun disengaja, Anies sangat cerdas dalam memainkan semiotika. Jadi apapun penuh dengan makna sehingga membuat orang berpikir. Coba kalau saja sapi kurban Pak Jokowi diberi nomor 03, pasti akan mengandung makna dan akan jadi headline. Siapapun tak akan menyebut 03 sebagai angkot jurusan Depok-Parung Bingung.
3. Kelucuan si Poltak Ancam Anies
Ruhut Sitompul disebut kutu loncat dalam politik. Dulu baju kuning, kemudian biru dan kini jaket merah. Suaranya selalu lantang termasuk soal ancam potong kuping sendiri. Namun tidak jadi.
Nah, kalau sekarang dia lebih sering ancam Anies. Getol sekali komentar tentang Anies. Sempat harus berurusan dengan polisi karena dituding fitnah Anies dengan meme. Sempat ciut. Tapi belakangan kembali garang.
Sepertinya ada yang kurang dalam dirinya bila sehari pun tak komentar tentang Anies. Kasus terbaru, si Poltak yang mengaku pengacara papan atas ini berkoar-koar lewat aku media sosialnya akan bongkar-bongkar kasus Anies setelah Oktober 2022. Artinya setelah Anies pensiun dari gubernur.
Orang dungu pun bertanya, lha kalau punya bukti dan cukup kenapa harus tunggu setelah Oktober. Apalagi jabatan gubernur tidak selevel Presiden gampang sekali prosesnya. Anies dipanggil dan diperiksa KPK saja mudah. Kenapa tidak sekarang saja kalau Ruhut punya bukti. Jangan-jangan setelah Anies pensiun nanti Ruhut sudah tak kader PDI Perjuangan lagi.
4. Kelucuan Presiden Jokowi Ajak Masyarakat Medan Berdoa Agar APBN Kuat Memberikan Subsidi
Mungkin ini bukan doa tapi harapan biasa. Doa agar APBN masih kuat untuk tetap menyubsidi BBM khususnya pertalite sebenarnya itu bukan kehendak Tuhan. Ini sebenarnya adalah kehendak Presiden cum Pemerintah.
Pemerintah selalu menganggap subsidi sebagai beban. Seolah subsidi itu sebagai belas kasihan. Padahal dalam konstitusi negara itu harus memelihara orang miskin. Ini tugas mulia.
Soal APBN kuat menyubsidi atau tidak sebenarnya bukan urusan Tuhan itu adalah urusan manusia di dunia. Artinya Presiden itu memihak rakyat terutama rakyat kecil atau mementingkan interest lain apakah itu pencitraan atau kelompok oligarki.
Sebenarnya untuk membantu rakyat kecil, mereka tidak harus berdoa tetapi langsung bertindak dengan memberikan kebijakan yang prorakyat. Misalnya, hentikan dulu proyek mercusuar agar APBN bisa tetap berpihak pada rakyat kecil seperti menunda pembangunan Kereta Cepat Jakarta – Bandung dan membatalkan sementara pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Dunia sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Sejumlah negara dalam kondisi terancam bangkrut mengikuti jejak Srilanka. Indikasinya sudah nyata, sejumlah kebutuhan pokok sudah merangkak naik. Dan anak-anak kost berteriak harga Indomie sudah naik harganya. Negara dalam kondisi bahaya.
Untuk sementara cukup empat kelucuan dulu. Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tulis. Mungkin nanti saya sambung lagi.
Saya ingin menikmati dulu indahnya pemandangan jalur selatan terutama di daerah Bandung hingga Priangan Timur.
Para petani sibuk bercocok tanam padi dan sayuran tidak peduli dengan elite dan politikus di Jakarta yang masih saja pencitraan dan menyebar janji. Bagi mereka politikus seperti itu sepertinya tidak lucu sama sekali.
Kendati ada seorang menteri yang mencoba melucu bahwa harga-harga kebutuhan pokok termasuk sayuran naik juga yang nikmati petani. Harga naik, petani juga untung. Padahal itu cuma asumsi dan teori.
Sang menteri kemudian memamerkan minyak murah dengan merek MINYAKITA yang kemudian diplesetkan masyarakat menjadi MENYAKITKAN. Duh.
Depok – Ciamis, 12 Juli 2022