UMKM Kripik BUSAMI yang fokus pada produsi kripik olahan buah pisang, nangka, singkong, dan talas. Juga UMKM Sumber Langgeng yang memproduksi bibit tanaman buah dan kayu keras.
Kabid II Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan, Syahnur Indra mengatakan ini sangat bagus sekali, artinya memang ini yang kita perlukan.
“Pemerintah tidak bisa sendirian dalam mengedukasi dan mengarahkan masyarakat untuk bisa memanfaatkan sampah, maka datangnya Agropreneurship Learning Community ini sangat kita dukung dan sangat kita perlukan,” ujarnya.
Tidak hanya peresmian Agropreneurship Learning Community, pada hari yang sama juga diresmikan salah satu wirausaha yang dikembangkan dalam program ALC, yaitu Rumah Maggot Terpadu.
Rumah Maggot Terpadu membudidayakan ulat maggot yang berasal dari lalat Black Soldier Flies. Terobosan ini muncul atas permasalahan sampah organik di pedesaan yang terbuang begitu saja.
Menurut penelitian yang dilakukan Cempaka Foundation, sampah rumah tangga mengandung 65% sampah organik. Jumlah tersebut akan bertambah menjadi 85% jika ada acara besar dilaksanakan di desa.
Ulat-ulat yang dibudidayakan memakan sampah-sampah organik masyarakat sekitar, jadi budidaya ulat maggot bisa mengatasi permasalahan sampah organik. Selain itu, ulat maggot dapat dijadikan pakan ternak alternatif ramah lingkungan yang bernilai jual. Jadi, tidak hanya menjadi solusi pengelolaan sampah organik, budidaya ulat maggot juga dapat bernilai ekonomi.
perwakilan PT Sorini Agro Asia Corporindo (Cargill), Gilang Muzammil mengatakan ini potensinya sangat luar biasa, sampah domestik dan organik yang dihasilkan oleh rumah tangga akhirnya tidak terbuang sia-sia.
“Ibarat kalau ada kelapa, (kelapa tersebut) masih bisa diperas terus dan bisa menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Sampah organik dimakan maggot, maggot dijadikan pakan ternak, pakan ternak dijual, seperti itu terus siklus berputar sehingga ada perputaran ekonomi di lingkungan sekitar. Jika ekonomi sudah berjalan, masyarakat bisa berdaya,” ucapnya. [Luk]