Scroll untuk baca artikel
Blog

Cerita Tiga Pemimpin Dunia dan Takdir Anies Baswedan

Redaksi
×

Cerita Tiga Pemimpin Dunia dan Takdir Anies Baswedan

Sebarkan artikel ini

Putin juga tak jauh beda dengan Jin Ping. Pembatasan dua periode jabatan presiden Rusia dirobahnya secara sistematis. Ia mengubah konstitusi Rusia pada tahun 2008, dan dilanjutkan pada tahun 2020. Ketentuan undang-undang dua periode jabatan presiden Rusia, hilang tak berbekas.

Ia dengan mudah mendikte parlemen Rusia, Duma, untuk perubahan itu. Putin terpilih tahun 2000, berlanjut 2004, 2014, dan 2018.

Jika tak ada halangan, Putin akan mengakhiri masa jabatannya saat ini pada tahun 2024. Namun, Putin adalah tiran jenius. Amanden konstitusi memberikan lagi peluang kepadanya dua kali enam tahun.

Ia akan berumur 83 tahun saat itu, dan kalau ia sehat, Putin hanya kalah dengan Stalin dalam hal lamanya berkuasa. Apa yang dialami Putin dan Ji Ping tidak terjadi di AS.

Trump yang sangat berambisi untuk masa kedua, dua tahun yang lalu, bahkan dengan mengerahkan “people’s power”, mengalami nasib tragis. Ia gagal. Terlalu kecil gelombang Trump dibandingkan dengan kekuatan lembaga demokrasi AS.

Dan kini, Trump sedang mengalami panggilan dari Tim Panel 6 Januari untuk pemeriksaan keterlibatannya dalam penyerangan Gedung Kongres bulan Januari 2021. Kini Trump tidak hanya berurusan dengan penyerbuan itu. Ia bahkan menghadapi 3 masalah tambahan lain yang bercampur antara kriminal keuangan dirinya, perusahaan, dan anggota keluarganya.

Ia juga terancam dengan temuan FBI tentang penyabotan lebih dari 100 dokumen rahasia negara di komplek rumah mewahnya Mar-a-Lago, di Palm Beach, Miami, Florida. Ia kini menghadapi ancaman hukuman keamanan negara.

Bagi Putin, tak sulit melanjutkan tradisi pemerintahan represif ratusan tahun Tsar yang berlanjut dengan rezim diktator polit biro partai komunis Uni Soviet. Demokrasi “seumur tauge” yang terjadi pada masa transisi Gorbachev dan awal Yeltsin, sangat gampang diubah oleh Putin.

Lebih dari itu gelombang swastanisasi BUMN Rusia dan rejeki nomplok kenaikan harga migas membuat Putin punya dua produk andalan berkelanjutan, otokrasi, dan oligarki.

China yang memang sama sekali belum demokratis memberi peluang besar kepada Jin Ping untuk berbuat sesukanya. Sambil menegaskan slogan sosialisme dengan karakter Cina, memberangus otonomi Hongkong, mengikis “radikalisme” Uyghur, mempertegas kartu Cina tentang Taiwan, menantang siapapun di Laut Cina Selatan, Jin Ping menyatakan siapa dirinya.

Dengan cepat ia menggupload aplikasi ketua Mao, dan jadilah ia sebagai calon presiden seumur hidup.

Bagaimana Indonesia? Berbeda dengan Putin, Jin Ping, dan Trump, apa yang terjadi di Indonesia menunjukkan sebuah kreativitas tidak biasa. Mulai dari strategi malu-malu, tukar guling jabatan, sampai dengan menghalangi calon presiden yang antithesis rezim petahana.