Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Chozin Amirullah: Orang Tua Tidak Cukup Hanya Menjadi Pendengar yang Baik

Redaksi
×

Chozin Amirullah: Orang Tua Tidak Cukup Hanya Menjadi Pendengar yang Baik

Sebarkan artikel ini

Menjadi pendengar yang baik bagi anak tidak cukup, tanpa adanya follow-up. Bukan hanya sekadar menjadi katarsis sementara saja bagi si anak

BARISAN.CO – Sejak 1 Juni 2012, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memproklamirkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Orang Tua Sedunia. Ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan untuk menghargai dan mendorong semua orang tua di seluruh belahan dunia atas komitmen mereka yang tanpa pamrih berkorban bagi anak-anaknya.

Muhammad Chozin Amirullah adalah salah satu orang tua yang berjuang dan berkorban demi ketiga anaknya. Meski sibuk, pria yang akrab disapa Chozin ini tetap memberikan kasih sayang serta perhatian yang tulus bagi buah hatinya.

Dalam berbagai kesempatan, kala ia dihadapkan dengan kesibukan dengan pekerjaan, Chozin menyempatkan waktu untuk berbincang dengan anak-anaknya baik melalui panggilan telepon atau pun video call.

Dia sering kali membantu kegiatan di rumah jika istrinya sibuk. Bahkan, Chozin tak sungkan mendapatkan tugas mengasuh anaknya. Hal itu pun sempat diungkapkan oleh Jantu Sukmaningtyas dalam sebuah kesempatan wawancara.

Chozin juga termasuk sosok orang tua yang berpikiran terbuka. Dia sering mendengar masukan anak-anaknya, misalnya soal sepatu yang lupa dirapikan atau ditaruh sembarangan. Mendengar keluhan itu, Chozin menerimanya, ia justru merasa bangga karena merasa diperhatikan.

“Kalau di rumah itu malah cenderung lebih banyak mendengarkan dari anak-anak,” kata Chozin kepada Barisanco, Rabu (1/6/2022).

Namun demikian, meski tampak sosok ayah yang tanpa celah, pria asal Pekalongan ini justru mengaku terkadang merasa menyesal.

“Karena saya pintar mendengar, tetapi tidak saya follow-up. Padahal, si anak itu kan butuh follow-up,” ungkap Ketua Turun Tangan ini.

Chozin memberikan contoh, saat pulang main, anaknya kemudian bercerita.

“Ceritanya itu saya dengerin. Habis dengar, ada kerjaan, selesai begitu saja. Harusnya setelah itu kan saya merespon. Misalnya ada teman yang bicara enggak bagus, saya berikan tanggapan dan umpan balik,” tutur Chozin.

Dia mengungkapkan, selama ini orang-orang merasa bangga menjadi pendengar yang baik.

“Tapi, ternyata itu tidak cukup karena setelah mendengar itu harus ada follow-up. Bukan hanya sekadar menjadi katarsis sementara saja bagi si anak. Kemudian, follow-up untuk membentuk sikap mereka,” ujarnya.

Chozin memang bukan sosok ayah yang sempurna. Namun, pengakuannya tersebut menunjukkan, dia berjiwa besar karena mengakui kekurangannya itu. [rif]