Scroll untuk baca artikel
Olahraga

Dahaga AS Roma dan Mourinho yang Belum Redup

Redaksi
×

Dahaga AS Roma dan Mourinho yang Belum Redup

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Memilih melatih AS Roma setelah petualangan keduanya berkiprah di Premier League membuat banyak pihak mengira keampuhan Jose Mourinho sudah sirna.

Apalagi, di klub terakhirnya, Tottenham Hotspur selama 2019 sampai 2021 ia tak merengkuh gelar juara apapun.

Padahal, selama melatih klub manapun, ia kerap meletupkan kejutan. Namun, saat itu entah mengapa daya magisnya sebagai pelatih tidak bertuah.

Tak hanya harus menerima kenyataan bahwa ia berpuasa gelar selama 2 musim. Tapi, ia juga harus menahan diri dari olok-olokan bahwa kehebatannya sudah kedaluwarsa.

AS Roma yang Tak Kunjung Bangkit

Melatih AS Roma adalah pengalaman keduanya melatih klub Serie A. Satu dekade sebelumnya, ia pernah melatih Inter Milan sekaligus membawanya ke tangga juara Liga Italia dan Eropa. Tak lama melatih I Nerazzuri, hanya berlangsung dua musim. Tapi, di musim 2009/2010, Inter merengkuh treble winners dibawah asuhannya.

Sayangnya, sekarang Mourinho tengah mendatangi AS Roma yang lama terjerembab dalam kesemenjanaan. Mereka dikenang sebagai klub besar, tapi nyatanya tidak disegani lagi oleh lawannya sebesar itu. Maka itu, tak sedikit yang meracau kalau kedatangan Mourinho hanya akan melengkapi penderitaan klub serigala ibukota Italia.

Maklum, AS Roma terakhir kali merengkuh gelar Scudetto pada musim 2000/2021. Setelahnya, mereka hanya mengangkat piala Coppa Italia dan Supercoppa Italiana. Dalam keadaan sama-sama nelangsa, kalaupun tidak membawa gelar, paling Mourinho masih bisa membawa nama AS Roma dikenal di surat kabar karena perkataanya yang suka sesumbar dan ceplas-ceplos. Begitulah cibiran orang-orang.

Apalagi, selama sesi pramusim, Mourinho tak seperti membawa angin segar untuk AS Roma. Meski menunjukkan tren positif, tapi beberapa kali mereka harus menutup laga dengan kekalahan. Namun, Mourinho tak membiarkan borok timnya itu semakin melebar. Ia langsung membenahinya, dan disitulah ia menunjukkan kepiawaiannya dalam hal man-management, sebelum ia meracik lebih jauh soal sistem atau taktik.

Juara Conference League

Akhirnya, spekulasi buruk tentang Mourinho, ia mentahkan. Memang, ia tetap gaduh dan eksentrik. Tapi, juara Conference League adalah bukti bahwa ia belum habis. Lagi-lagi, man-management yang ia prioritaskan dalam kepelatihannya berbuah manis membentuk barisan pasukan pejuang Roma yang tangguh di medan laga.

Walaupun, banyak yang mencibir bahwa Conference League hanyalah kompetisi buangan, tidak semegah kompetisi Liga Europa, apalagi Liga Champions. Tapi, tak ada yang menampik bahwa Mourinho kembali dengan membusungkan dada, tidak dengan kepala tertunduk. Toh, yang ia kalahkan adalah Feyenord, klub peringkat ketiga di Eredivisie. Sementara, AS Roma saat ini masih terseok-seok di peringkat keenam Serie-A.