Scroll untuk baca artikel
Blog

Daripada – Cerpen Edhie Prayitno Ige

Redaksi
×

Daripada – Cerpen Edhie Prayitno Ige

Sebarkan artikel ini

Dari situlah Lucap mengerti bahwa kecepatan berpikir Olet kalah adu sprin dengan lidahnya. Ketika otak masih berpikir untuk memberi perintah lidah, si lidah tak sabar. Sambil menunggu perintah ia akan mengucap daripada, daripada, daripada.

“Kulihat kecepatan berpikirmu masih rendah dibanding nafsumu untuk ngomong. Itu sebabnya. Selain itu, kulihat kamu nggak punya contoh pidato pejabat yang bagus. Pidato pejabat kita kan semua ngaco,” Lucap menyampaikan analisanya.

Hari pelantikan sebagai sekretaris Partai Kornet semakin dekat. Olet masih bersikukuh ingin mengendalikan lidahnya. Ia ingin berpidato tanpa salah dalam penggunaan bahasa.

“Tenang aja mas. Kebenaran itu ada pada pemahaman yang hidup di masyarakat. Bukan pada pelajaran berbahasa Indonesia yang baik dan benar,” Lucap menghibur sang suami.

Olet berupaya keras menyingkirkan penyakit daripada ini. Menyepi ke gunung, berpanasan ke pantai, ngebut di jalan tol, sambil ia berlatih menghilangkan penyakit lidah yang bernama daripada itu.

Olet hampir berhasil.

“Bagaimanapun ayahnya mas Kahlil turut berjasa daripada membangun jalan tol ini,” Olet masih berlatih sambil ngebut.

“Asuuu. Ini kok muncul terus sih. Kenapa daripada ini nggak mau hilang dari lidahku. Anehnya kalau aku lagi jengkel dan ngomong biasa malah si daripada nggak muncul,” keluh Olet.

Putus asa, Olet menemui Puput. Puput adalah psikolog paling top di kota ini. Ia adalah teman Olet saat SMA. Ia juga sering menjadi tempat sampah curhatan Olet.

“Lah. Akhirnya kamu kena juga? Ketahuilah, sindrome daripada ini memang menjangkiti siapapun yang duduk di pemerintahan,” kata Puput.

“Tapi saat aku nggak ada di struktural partai dan hanya jadi anggota DPRD biasa yang tiap hari bisa nongkrong di angkringan, kok lidahku nggak ngucap daripada ya?” Olet membela diri.

“Itulah. Makanya aku lagi bikin disertasi tentang Daripada Syndrome ini. Hasil risetku hampir 100 persen pejabat publik terkena ini,” kata Puput.

Puput lalu mengeluarkan berkas untuk risetnya. Ada sepuluh ribu lembar angket yang mempertanyakan penyakit Daripada Syndrome ini.

“Kamu hanya salah satu korban. Oh iya, aku mau nanya. Mengapa kamu harus melawan lidahmu mengucapkan daripada?” tanya Puput.

“Karena menurutku bahasa harus lurus. Kalau tak lurus, apa yang diucapkan bukanlah apa yang dimaksudkan,” Olet menjawab.

Kemudian ia berkisah tentang Konfusius. Filsuf China itu secara runtut mengatakan bahwa jika apa yang diucapkan bukan yang dimaksudkan, maka yang seharusnya dilakukan tidak akan dilakukan.

“Padahal aku kan digaji dari duit pajak. Kalau tak melakukan apa yang harus dilakukan sama saja aku korupsi kan?” kata Olet.