Kamu pun makin tergelak.
* * *
ITULAH awal kita tidak kerap lagi melakukan perjalanan panjang. Entah apakah yang kau lakukan perjalanan pendek, sendiri, atau bersama ‘yang lain’. Aku sendiri masih melakukan perjalanan panjang, sendiri atau bersama ‘yang lain’. Tapi, sumpah, aku tidak pernah melupakan perjalanan panjang kita, yang kau akui: dahsyat! Meski, ‘yang lainku’ juga mengakui sama. Bukankah hidup ini memang perjalanan, Srengenge.
Apakah engkau masing acap ingat aksi demo yang aku pimpin tempo hari. Unjuk rasa paling fenomenal yang pernah aku lakukan, Betapa dengan seni baca puisi, dua barikade berhasil aku bobol, sendiri! Ya, sendiri, bukankah yang lain, rombongan pendemo itu membebek saja. Ah, aku jadi ingat langkahmu yang mirip bebek dari kubangan pulang kandang. Seperti bunyi satu larik puisiku, dari antologi Ponsel di Atas Sprai, Wanita yang Berjalan ke Kamar Kecil.
“Aku suka wanita yang berjalan ke kamar kecil. Aku suka garis itu, garis batas antara sepi dan mimpi. Seperti tanda seru dan titik galibnya. Setelah ia menorehkan lipstik pada cermin kaca di dinding, meski ia tak menyelesaikan gambarnya… Aku suka, justru karena kami belum selesai. Cerit belum rampung, dan cahaya masih remang. Perseteruan adalah makna airmata pada bantal. SMS belum selesai ditulis, masih mengeja singkatan cinta.”
Itulah baid pertama puisiku itu, baid yang mengisyaratkan perpisahan kita. Disebabkan ‘yang lainmu’ dan ‘yang lainku’.
Hingga hari ini aku mesti menemui walikota di kota persinggahan kita dulu. Aku mesti melakukan nego proyek pembangunan alun-alun menjadi taman air menari. Ini pertemuan pertama, aku dan walikota yang pernah aku demo.
Gelak tawamu terngiang, tawa menertawakan keberhasilanku menjebol dua lapis barikade, dengan baca puisi ‘si binatang jalang’. Tawamu yang aku suka, bersama rington ponsel di atas sprai. Terngiang, saat aku diterima sekda, kemudian diantar ajudan ke ruang walikota. Pintu besar itu dibuka, dan aku terpana melihat walikota wanita yang menyambutku…
Desahku, “Srengenge…”***
Semarang, 14 Oktober 2021 — Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang.