Namun, pada kenyataannya anak-anak memiliki banyak keberagaman kemampuan yang berbeda-beda. Padahal secara prinsip, seharusnya pendidikan dasar dimulai dari pertanyaan, yaitu anak-anak bisa melakukan apa dan ingin menjadi apa? Dan pertanyaan selanjutnya adalah kesempatan apa yang dapat diakomodir agar anak-anak dapat melakukan itu dan menjadi itu?
“Nah seharusnya keberagaman kemampuan itu harus diakomodasi oleh kurikulum yang beragam juga.” Ujarnya.
Menurut Dr. Sutrisno, banyak anak-anak yang menarik diri dan cenderung lari dari proses pembelajaran yang sulit. Sebaliknya, anak-anak pada level atas cenderung bosan dikarenakan mudahnya pembelajaran.
Oleh karena itu, Dr. Sutrisno menilai bahwa, diperlukan adanya terobosan baru. Kurikulum yang beragam dianggap mampu membuat anak-anak lebih mencapai sesuai dengan kapasitas kemampuan maksimalnya.