JALAN SEHAT adalah perlu dan sangat dianjurkan. Tapi menjelang Pemilu 2024 ini sangat sulit membedakan apakah itu jalan sehat atau jalan politik. Keduanya berkelindan.
Jalan sehat yang tadinya netral, independen bisa begitu cepat menjadi dependen, politis dan bahkan bisa dikapitalisasi menjadi moda popularitas dan juga elektabilitas.
Hari ini kita menyaksikan dua jalan sehat yang mengundang massa begitu banyak. Ada Jalan Sehat Menjelang Satu Abad NU di Solo, Jawa Tengah dan Jalan Sehat Anies Baswedan di Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung Barat.
Jalan Sehat NU yang melibatkan ribuan nahdliyin seperti biasa bertabur bintang dan tokoh politik. Selain Presiden Jokowi ada juga seperti Ketua MPR Bambang Soesatyo, Ketua DPR Puan Maharani, Menko Polhukam Mahfud MD, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan tuan rumah Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf serta Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka.
Sementara Jalan Sehat di Stadion Si Jalak Harupat tokohnya hanya satu yaitu Anies Rasyid Baswedan. Anies hanya didampingi beberapa anggota Dewan serta caleg DPR, DPRD dan tokoh lokal itu pun dari Nasdem. Tak ada pejabat eksekutif lokal atau nasional.
Namun kalau untuk urusan peserta atau massa yang terlibat tidak kalah dengan Jalan Sehat NU yang bertabur bintang. Ini artinya, Anies walaupun sendiri bisa menandingi kegiatan yang melibatkan banyak pejabat dan elite nasional.
Rupanya magnet Anies ini yang selama ini membuat resah para pesaing dan direpresentasikan lewat buzzer seperti Ade Armando. Sampai dia harus memelototi akun media sosial Anies untuk terus mencari celah menihilkan dan mendegradasinya.
Suatu hari, saya melihat penggalan video Ade Armando yang gelisah mencermati kunjungan internasional Anies mulai dari Singapura hingga London, Inggris.
Yang membuat gelisah Ade Armando sampai harus membuat ulasan dalam kanal Cokro TV, rupanya kunjungan Anies ke pusat kosmopolitan dunia itu ternyata bukan jalan-jalan biasa atau sekadar wisata.
Anies berkunjung ke Singapura menjadi pembicara di lembaga bergengsi. Anies juga bicara bukan di forum Indonesia melainkan komunitas dunia karena pesertanya dari berbagai negara dan mahasiswa cerdas.
Di Singapura Anies pertama berbicara di Regional Outlook Forum 2023 yang dihelat ISEAS Yusof Ishak Institute. Setelah itu bicara terbatas di forum sekira 80 orang dan terpilih di S. Rajaratnam Endowment Fund Dialogue (SRED).
Begitu juga saat di London. Anies didapuk menjadi anggota Dewan Pendiri The Institute of ASEAN Studies at the University of Oxford. Salah satu kampus tertua di dunia yang berdiri pada 1096. Anies satu-satunya dan baru satu orang dari Indonesia dalam sejarah.
Coba bayangkan, bagaimana pusingnya buzzer untuk memelintir isu ini. Ade Armando saja kesulitan untuk mencari celah. Sampai dia menyebut penampilan Anies dalam forum itu ‘keseleo’ selevel dengan acara side event G20 di Bali. Jelas jakasembung alias nggak nyambung! Akhirnya Ade Armando ngak bisa muji Anies dan beralih memuji Oxford University sebagai kampus prestisius di dunia.
Di Inggris, Anies juga berdialog dengan diaspora dan mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Inggris.
Ade Armando, sekali lagi sangat gelisah dengan segala kegiatan Anies yang penuh dengan petualangan intelektual tersebut. Dia berusaha mencari celah untuk menihilkan Anies. Tetapi rupanya sulit.
Ade Armando yang sebelumnya dikenal sebagai intelektual, menulis buku,peneliti, pengamat dan juga dosen memang tak bisa disandingkan dengan Anies. Karena dia telah mendegradasi dirinya sendiri dari seorang dosen dan intelektual yang terhormat menjadi seorang buzzer.