Dan asyiknya lagi, tak sedikitpun Dulkamdi membantah omongan Kandar. Bahkan menjawab dengan senyuman saja tidak. Ia asyik saja mensruput kopi dan mengunyah singkong rebus yang dihidangkan oleh istrinya sembari menikmati dialek kandar yang lucu.
Lain dengan Kandar lain pula dengan Mustajab. Tetangga Dulkamdi yang satu ini boleh dibilang antitesisnya Kandar. Mustajab selalu berprinsip bolah-boleh saja. Natal dan Tahun Baru kemarinpun, Mustajab seperti biasanya mendatangi Pak Frans, pendeta yang tinggal di gang sebelah. Ia sengaja datang untuk mengucapkan Selamat hari Natal dan Tahun Baru meski hanya dari balik pintu pagar rumah pendeta tua yang hidup sebatang kara tersebut. Kalau sudah begitu biasanya Pak Frans lalu menyambutnya dengan tergopoh-gopoh.
Dan Saking tergopoh-gopohnya, kadang kala pendeta tua itu tak menyadari kalau sandal yang dipakainyapun kuwalik antara kanan dan kirinya. Tangannya yang sudah berkeriput itupun segera membukakan pintu lalu mengajak siapa saja yang datang bersama Mustajab untuk masuk. Tapi biasanya Mustajab menolaknya dengan halus. Bagi Mustajab ucapan selamat Natal seperti itu sebuah kelumrahan belaka. Dan ketika ia ditegur oleh Kandar, lelaki asal Kartosuro itu dengan ringan menjawab :
“Ucapan Natal dan Tahun Baru itu khan tidak perlu kulakan, mengapa kita mesti dilarang. Toh menurut Quran sembelihan mereka halal juga bagi kita tho? Itu artinya eksistensi mereka juga diakui oleh Quran,” jawab Mustajab ringan sambil merangkul Kandar. Dan kalau sudah begitu biasanya Mustajabpun tak lupa segera menyelipkan sebatang rokok ke mulut Kandar.
Selanjtnya sudah bisa ditebak, Kandarpun akan segera menyambutnya dengan gelak tawanya disusul oleh tawa Mustajab yang tak kalah serunya seperti hendak mentertawakan diri mereka sendiri. Mustajab memang terkenal luwes dalam segala hal. Ia memang seperti ditakdirkan untuk selalu ajur ajer. Bahkan Mustajab juga dikenal selalu berpikiran out off the box.
Tak mengherankan jika usulnya sepintas terdengar aneh dan musykil. Tapi ya begitulah Mustajab. Ia selalu saja punya cara untuk meyakinkan dan mempengaruhi warga kampung untuk selalu mendukung ide-idenya.
Pagi itu Dulkamdi benar-benar dibuat kuwalahan. Pasalnya tiba-tiba saja kampung tempat mereka tinggal diserbu banjir. Padahal setahu Dulkamdi, seumur-umur sejak ia tinggal di Dukuh Nglegok utara agak ke tengah dari girli tersebut tak pernah sekalipun disergap banjir seperti sekarang ini. Ia dibantu Mustajab segera membentuk pos keamanan.