Scroll untuk baca artikel
Blog

Dukuh Nglegok Utara Agak Ke Tengah Dari Girli – Cerpen Noerjoso

Redaksi
×

Dukuh Nglegok Utara Agak Ke Tengah Dari Girli – Cerpen Noerjoso

Sebarkan artikel ini

Beberapa anak muda disiagakan untuk menjaga keamanan kampung dari penjarahan.  Sudah bukan rahasia lagi.  Bagi warga yang ditimpa musibah, ibarat kata sudah jatuh tertimpa tangga dan kejatuhan atap.  Bukannya menolong tetapi biasanya malah menthung.  Pak Frans yang sudah lanjt usia itu oleh Mustajab segera diunsikan ke daerah yang lebih aman. 

Pendeta tua bangka itu manut saja ketika Dulkamdi menyeretnya masuk ke mobil ambulan untuk diunsikan.    Mungkin gara-gara itulah Kandar uring-ringan tak karuan.  Menurut Kandar Dulkamdi dan Mustajab terlalu sok romantik dengan memntingkan golongan mereka dan dianggap tidak sensitif.  Kandar menyebut mengapa Mak Ipah yang juga sudah renta tidak diunsikan sama seperti Pak Frans.  Dulkamdi hampir saja menjotos muka Kandar karena saking jengkelnya.  Berkali-kali Dulkamdi memberi penjelasan mengapa Mak Ipah tidak diunsikan meski sama-sama sudah tua bangka dan hidup sebatang kara.

“Mak Ipah itu meski hidup sebatang kara tetapi ia memiliki keponakan yang rumahnya tak jauh dari tempat tinggalnya.  Parto nama keponakan Mak Ipah tersebut.  Ia sudah berpesan kepada Saya agar Mak Ipah jangan diunsikan.  Parto dan anak-anaknya akan bergantian menjagai Mak Ipah,” jawab Dulkamdi sambil bersungut-sungut menahan jengkel.    Tapi ya begitulah kandar, lagi-lagi lelaki dari Bojonegoro itu masih belum dapat menerima keterangan Dulkamdi.

“Meski ada yang menjaga, banjir seperti ini akan membuat Mak Ipah trauma psikologis!  Kalian itu memang selalu bias kelompok!” ucap Kandar di pos ronda kampung sambil sesekali mengamati parameter banjir yang dipasang di dekat pos ronda. Sekali lagi hampir saja Dulkamdi naik pitam andai saja tidak segera terdengar sirene tanda bahaya dari ujung gang. 

Bergegas Dulkamdi dan Mustajab berlari ke arah asal suara.  Dan ketika kedua lelaki itu telah tiba di tempat asal suara, ternyata ada sebuah mobil tanggap darurat datang.  Ratusan nasi bungkus segera diturunkan berikut dengan air mineral.  Mustajab segera memerintahkan kepada salah seorang pemuda kampung untuk mengantarkan beberapa bungkus nasi dan beberapa botol air mineral kepada Mak Ipah. 

Pendek kata hari itu warga kampung nglegok tak perlu antri di dapur umum dinsos untuk mendapatkan makan.  Usut punya usut, jatah makan hari itu dari relawan teman-teman Pak Frans.

Namun begitu masalah tida habis begitu saja.  Karena keesokan harinya, Mak Ipah ditemukan mengalami mencret-mencret.  Dan sudah dapat ditebak.  Kandar langsung saja mendatangi Mustajab yang tengah menurunkan bantuan makanan dan peralatan mandi dari relawan bergambar bunga matahari Kota sebelah.