Orang-orang yang memendam emosi mereka bahkan meningkatkan kemungkinan kematian dini
BARISAN.CO – Semua orang pernah kecewa, marah, atau emosi negatif lainnya yang muncul saat menjalani kehidupan. Itu hal normal.
Namun, kebanyakan orang memilih memendam emosi mereka dari waktu ke waktu. Menyembunyikannya sesekali memang tidak akan menimbulkan masalah selama kita bisa mengatasinya dengan cara yang sehat dan produktif. Namun, itu bisa menjadi masalah jika menjadi pola dan memengaruhi kemampuan kita untuk berkomunikasi secara terbuka.
Celakanya, itu bahkan bisa memperburuk kesehatan kita. Mengutip HCF, di Australia, tampaknya masyarakatnya menghargai gagasan untuk tetap positif mengingat beberapa ungkapan umum sehari-hari seperti “dia akan baik-baik saja” dan “jangan khawatir”. Sebuah studi tahun 2021 menemukan, keterampilan psikologis yang positif memang dapat membantu mengurangi penyakit mental dan menjaga kesehatan mental bahkan selama pandemi.
Tetapi, jika mengalami masa-masa sulit, menahan pikiran negatif tidak membuatnya hilang. Sebaliknya, memendam emosi bisa menjadi tidak sehat bagi pikiran dan tubuh kita.
Penelitian Harvard School of Public Health dan University of Rochester mengungkapkan, orang-orang yang memendam emosi mereka bahkan meningkatkan kemungkinan kematian dini dari semua penyebab lebih dari 30%, dengan risiko didiagnosis kanker meningkat sebesar 70%.
Bukan hanya kesehatan jangka panjang yang bisa menderita, memendam emosi negatif ini juga berdampak dalam jangka pendek. Sebuah studi tahun 2021 yang dilakukan di Italia, selama gelombang pertama penguncian menunjukkan, ketika kita mengatur atau mengabaikan emosi, kita dapat mengalami reaksi mental dan fisik jangka pendek.
“Menahan emosi, apakah itu kemarahan, kesedihan, kesedihan atau frustrasi, dapat menyebabkan stres fisik pada tubuh Anda. Efeknya sama, bahkan jika emosi inti berbeda,” kata psikolog klinis, Victoria Tarratt.
Dia mengatakan, stres emosional yang diakibatkannya dapat memengaruhi tekanan darah, memori, dan harga diri.
“Jangka panjang, ada peningkatan risiko diabetes dan penyakit jantung, kata Victoria. Dan menghindari emosi juga dapat menyebabkan masalah dengan ingatan, agresi, kecemasan, dan depresi” tambahnya.
Sebuah studi dari University of Texas menemukan, dengan tidak mengakui emosi, itu malah akan membuat keadaan menjadi lebih buruk.
“Misalnya, kita mungkin marah pada saudara laki-laki kita, namun tidak mengungkapkannya. Itu dapat mendorong ledakan emosi ketika mengemudikan mobil beberapa minggu kemudian dan seseorang memotong, kita bisa marah besar di jalan, menyebabkan kecelakaan,” jelasnya.
Menurutnya, ledakan dan reaksi berlebihan terhadap suatu situasi adalah cara tubuh melepaskan emosi yang terpendam.
Penulis Anouir Ou-chad pernah berkata, “Jika kita mengukur kebahagiaan dengan tidak adanya masalah, kita kemudian akan mengutuk jiwa kita ke dalam kehidupan kebencian dan kemarahan.”
Jadi, mulailah belajar untuk mengungkapkan uneg-uneg. Jangan selalu dipendam sendirian lagi ya~