Scroll untuk baca artikel
Blog

eMak Gugat, Monolog yang Menolak Jadi Peristiwa

Redaksi
×

eMak Gugat, Monolog yang Menolak Jadi Peristiwa

Sebarkan artikel ini

eMak Gugat adalah monolog yang menolak menjadi peristiwa. Apalagi sekedar kolom indeks harga saham, atau iklan ‘tontonan malam ini’.

BARISAN.CO – Monologer, Dody Yan Masfa mengatakan Teater Tobong mempersembahkan produksi 2023 dengan judul eMak Gugat dan melakukan perjalanan pementasan monolog di berbagai kota seperti Surakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Tegal.

“Emak, akan hadir dengan tiba-tiba. Suaranya, gemerincing kakinya, unpatan dan amarah. Juga himpitan kepahitan terus menerus sepanjang zaman,” terang Aktor dari Surabaya ini.

Dody Yan Masfa mengatakan emak merupakan analogi dari batin yang gelisah, hadir buat mempertanyakan tentang banyaknya kesadaran yang hilang. Kesadaran intelektual, berbudaya, bermasyarakat, kesadaran membangun peradaban.

“Emak merupakan personilitas yang gagap, namum memiliki hak jawaban atas dimana keseriusan kebaikan, kesungguhan kebenaran, orang-orang kebanyakan dimanipulasi oleh kesadaran fakultatif, faktur, faksimili,” terang penulis naskah yang aktif berteater sejak tahun 1987.

Dody menjelaskan ruang kehadiran. Ruang kehadiran Emak adalah linkungan natural yang dikemas seminim mungkin dari kesan artificial.

“Di sebuah tempat dengan pencahayaan natural, dengan lantai beralas tikar di empat arah,” terangnya.

Sementara, Sastrawan, Tatan Daniel dalam tulisannya menyampaikan eMak Gugat adalah monolog yang menolak menjadi peristiwa. Apalagi sekedar kolom indeks harga saham, atau iklan ‘tontonan malam ini’.

“Ia menawarkan perjalanan yang seakan tanpa pangkal dan ujung, tanpa awal dan akhir. Telah ia kubur kitab khotbah, dalil, dan teori. Karena kata-kata sudah menjadi belatung yang meruyak dari bangkai pikiran yang sok nyeni, sok canggih, ruwet, tapi banal,” imbuhnya.

Menurut Tatan, dalam ruang jeda, diantara geliat belatung kata-kata, Dody Yan Masfa menyelinap, berjalan, ‘menggendong’ eMak yang menggedor-gedor. Gugatan dalam repetitif, bagai pisau yang menikam-nikam. Menyoal kesadaran artifisial kita yang majal, yang tak peka membaca tanda-tanda.

“Ya. “eMak Gugat” adalah teater merdeka yang menantang segala pakem berkarat. Monolog dengan spirit ‘poetic resistence’ yang kuat, yang tak henti bermaklumat di berbagai tempat, dari pinggir empang, remang hutan, bantaran kali, ceruk kampung, riuh pasar, bentang sawah, warung kopi, kolong jalan layang, pos-pos jaga kaum hansip, atau ruang kelas dan kamar ibadah,” jelas Penulis Buku Kumpulan Sajak “Pada Suatu Hari yang Panjang” dikutip dari laman Facebook Dody Yan Masfa.

Lebih lanjut menjelaskan, bahwa Monolog eMak Gugat berangkat dari apa yang ada. Yang tak risau dengan aneka perabotan, jika itu malah membuat pertunjukan mandeg, dan gagasan jadi abortus,” jelas Penulis Buku Kumpulan Sajak “Pada Suatu Hari yang Panjang” dikutip dari laman Facebook Dody Yan Masfa.

Perjalanan monolog Emak Gugat akan pentas di kota Semarang dalam tajuk Tadaburan edisi 4, Produksi 2023 Teater Tobong Surabaya dengan judul Emak Gugat, monolog oleh Dody Yan Masfa.

Acara diselenggarakan oleh Lesbumi PWNU Jawa Tengah, Kasatmata Creativa dan Barisan.co. Gelaran pentas monolog akan dilaksanakan pada hari Sabtu (4/3/2023) di Kaula Kopi, Perum Dempel, Kec. Pedurungan Kota Semarang.

Selain pementasan monolog Emak Gugat, dibuka dengan pembacaan puisi oleh Evita Erasari dan musik oleh Imran Amirullah. Acara juga dikemas dengan dialog yang akan diisi oleh monologer Kota Semarang, Eko Tunas.