Sebab kasad pengampuhan di kelas menulis ini bertajuk Teknik Menulis Esai, maka tak elok bila saya luput menyajikan sisi-sisi pedoman praktisnya. Anggaplah muncul pertanyaan, apa petunjuk umum dalam mewujudkan sebuah esai?
Alif menjawabnya dengan santun, pertama, mestilah terampil berbahasa Indonesia. Mengerti aturan-aturan standar EBI. Kedua, materi yang ditulis menarik, dan ketiga, masalah yang dibeber terjawab. Sebuah esai yang tidak memilki tiga kerangka pokok ini, memang tidak ‘menggigit’, atau tidak menarik untuk dibaca.
Selain itu, perlu pula diajukan prayojana, atau yang melatari kemauan kita untuk menulis. Oleh Alif didedahkan, paling tidak delapan tujuan, simpatetik: menghormati orang, karitas: membagi rasa peduli, persuasif: mendayu khalayak, provokatif: mengilik-ngilik khalayak, informatif: menerangkan pengetahuan, interpretatif: menafsir sudut lain, deputatif: penugasan dari redaksi, dan kreatif: dorongan kebebasan menulis.
Lalu, bagaimana bentuk-bentuk esai itu? Maksudnya, gaya menulis esai? Muhiddin menawarkannya dalam buku yang saya sudah sebutkan di atas. Setidaknya, ada 16 pilihan gaya. Sebaiknya, langsung saja membaca bukunya Muhiddin itu, agar esai yang dituliskan tidak mati gaya.
Selain itu, Muhiddin juga menerangjelaskan, bagaimana gaya menulis esai yang mencuri perhatian, membuka tulisan, isi batang tubuh , dan tips menutup esai. Hebatnya buku ini, karena disertai contoh-contoh dari para esais. Persis sama menariknya buku Alif yang telah saya sebutkan.
Singkatnya, bila ada yang bertanya tentang buku rujukan, maka saya merekomendasikan dua judul buku tersebut. Mengapa? Sebab, kedua pengarang itu, sangat lantip dalam membabarkan, mulai dari filosofi, hingga tataran praktis kepenulisan esai.
Sepertinya, tidak perlu berpanjang-panjang menguraikan teknik menulis esai ini. Saran saya, setelah persamuhan ini, pertama, perbanyaklah membaca karya sastra, karena akan membantu dalam alur-gaya kepenulisan. Kedua, segeralah menulis, sebab itulah tindakan yang paling nyata dari kasad kelas menulis ini, memberikan wawasan kepenulisan esai.
Tuliskan opini anda, secara langsung dalam bentuk esai, seperti kata Remy Silado. Dan, jika tak mengganggu, atau penasaran akan pengampuan saya dalam memantik perbincangan di kelas ini, bacalah esai-esai saya yang beredar di media, baik luring maupun daring. Bacalah, sembari menyiapkan peluru tanya, benarkah yang saya maksud esai itu, tercermin dalam tulisan-tulisan saya sebagai esai? Atau paling tidak, esai yang saya tuliskan ini, tentang esai, sudah layak disebut esai?