Umam juga mengungkapkan bahwa pada tanggal 15 September 2021 ada rilis dari AUKUS, pakta pertahanan Australia, UK, dan USA yang di antaranya meletakkan fasilitas persenjataan canggih di Hobart, Australia yang dapat menjangkau kekuatan TNI AL di batas selatan Indonesia.
“Ancaman China di Utara dan ancaman AUKUS di selatan, mirip pola ketegangan di masa perang dingin. Situasi tersebut memaksa Indonesia harus mempunyai pola diplomasi tersendiri,” ujarnya.
Menyoroti Investasi China di Asia Tenggara yang semula diharapkan dapat meningkatkan kekuatan ekonomi negara-negara Asia Tenggara, ternyata memiliki karakteristik yang mengorbankan prinsip-prinsip dasar transparansi dan akuntabilitas.
“Dalam praktiknya China lebih sering menggunakan tangan-tangan militer atau eks militer China dalam menjalankan bisnisnya. Hal itu dimaksudkan sekadar untuk menghadapi rezim birokrasi yang agak menyulitkan di masing-masing negara. Namun cara itu banyak mem-bypass prinsip-prinsip dasar transparansi dan akuntabilitas,” katanya.
Karena itu lanjut Umam, negara-negara ASEAN berada pada posisi dilematis. “Apakah berkiblat ke Barat dalam konteks Good Governance, atau mengkalkulasi ulang kerja sama dengan China meskipun banyak menabrak prinsip-prinsip dasar transparansi dan akuntabilitas di masing-masing negara tersebut,” pungkasnya. (Luk)