Scroll untuk baca artikel
Blog

Fenomena Mengonsumsi Daging Anjing & Masalah-Masalahnya

Redaksi
×

Fenomena Mengonsumsi Daging Anjing & Masalah-Masalahnya

Sebarkan artikel ini

Adapun setiap pemerintah daerah, kata Al-Amin, diharapkan dapat satu suara terkait fenomena kuliner daging anjing.

Apalagi Indonesia sudah punya PP Nomor 39 tahun 2021 yang mengatur tentang produk halal. PP tersebut, kata dia, harus diimplementasikan di tingkat daerah.

“Jika diketahui bahwa daging anjing adalah produk non-halal, maka pertama-tama harus dipastikan bahwa Pemda dan DPRD satu suara tentang itu, kemudian membuat Perda yang mengatur jaminan produk halal,” kata Al-Amin.

Dampak Kesehatan

Kuliner daging anjing memiliki segmentasi yang jelas, konsumennya loyal dari kelompok nonmuslim dan kaum ‘abangan’ yang menurunkan praktik konsumsi daging anjing sampai ke anak cucu.

Selain karena harganya yang relatif murah, mengonsumsi daging anjing telah menjadi budaya kuliner dan diyakini bagus untuk kesehatan. Beberapa orang percaya dagingnya bisa mengobati demam berdarah dan asma.

Belum ada penelitian yang mengkaji hal tersebut. Justru sebaliknya, dari penelitian menyebutkan daging anjing bisa menjadi perantara penularan penyakit yang dapat mengancam kesehatan manusia, seperti kolera, trikinelosis dan juga rabies.

Dari hasil penelitian Widyastuti dkk. yang dipublikasikan Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan daging anjing rentan menjadi faktor pembawa penyakit yang berpotensi zoonosis bagi hewan dan manusia.

Letak titik kritisnya saat proses produksi daging anjing yaitu sejak dimulai dari penangkapan (handling), transportasi, pembunuhan, pengolahan, penjajaan hingga konsumsi. Proses penangkapan, penanganan, transportasi, dan pembunuhan dilakukan dengan cara kasar dan melanggar aspek kesejahteraan hewan.

Dalam press information WSAVA, disebutkan bahwa risiko mengkonsumsi daging anjing terhadap kesehatan manusia antara lain terjangkitnya penyakit rabies, cholera, trichinellosis. residu antimikroba dan bahkan zat farmasetikal/kimia. Tertularnya toxoplasmosis juga merupakan risiko dari mengkonsumsi daging anjing (Sharma dkk., 2017). [dmr]