Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Gagal Penuhi Target Iklim, Direktur Utama Shell Digugat

Redaksi
×

Gagal Penuhi Target Iklim, Direktur Utama Shell Digugat

Sebarkan artikel ini

Lamban akhiri krisis iklim, Shell dipandang membuang uang investornya.

BARISAN.CO – Para direktur utama Shell digugat secara pribadi atas strategi iklimnya, yang menurut penggugat tidak memadai untuk memenuhi target iklim dan menempatkan perusahaan dalam risiko saat dunia beralih ke energi bersih, ungkap Guardian.

Pengacara lingkungan ClientEarth telah mengajukan gugatan terhadap sebelas direktur di pengadilan tinggi di Inggris. Ini adalah kasus pertama di dunia yang meminta pertanggungjawaban dari direktur perusahaan karena gagal mempersiapkan perusahaan mereka dengan baik untuk transisi nol bersih, kata ClientEarth.

ClientEarth memiliki kepemilikan saham token di Shell, menggugat berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Inggris, dan didukung oleh sekelompok dana pensiun besar dan investor institusional lainnya.

Mereka berpendapat, transisi global ke energi rendah karbon tidak dapat dihindari karena pemerintah dunia bertindak untuk mengakhiri krisis iklim. Selain itu, Shell dianggap gagal untuk bergerak cukup cepat, sehingga akan mengancam kesuksesan perusahaan dan membuang uang investornya untuk proyek bahan bakar fosil yang tidak dibutuhkan.

Baru-baru ini, Shell mengumumkan keuntungan tahunan sebesar US$40 miliar (£33 miliar), didorong oleh tingginya harga energi akibat perang Rusia di Ukraina. Sayangnya, seiring dengan meningkatnya litigasi iklim di seluruh dunia, perusahaan tersebut menghadapi berbagai tantangan hukum dan peraturan baru-baru ini.

Itu termasuk perintah pengadilan Belanda untuk mengurangi emisi dari minyak dan gasnya sebesar 45% pada tahun 2030 dan klaim bahwa Shell berinvestasi lebih sedikit dalam energi hijau daripada yang dikatakannya.

“Shell mungkin membuat rekor keuntungan sekarang, tapi tulisan di dinding untuk bahan bakar fosil jangka panjang. Pergeseran ke ekonomi rendah karbon bukan hanya tak terelakkan, tetapi sudah terjadi,” kata pengacara ClientEarth, Paul Benton.

Namun dewan bertahan dengan strategi transisi yang pada dasarnya cacat, meskipun kewajiban hukum dewan untuk mengelola risiko tersebut, tambahnya.

Paul mengungkapkan, dalam jangka panjang, demi kepentingan terbaik perusahaan, karyawan, dan pemegang sahamnya, serta planet ini, Shell wajib mengurangi emisinya lebih keras dan lebih cepat daripada yang direncanakan dewan saat ini.

Terima Banyak Dukungan

Badan Energi Internasional telah mengatakan pada tahun 2021, tidak ada proyek minyak dan gas baru yang kompatibel dengan emisi nol bersih pada tahun 2050. Namun, laporan “Throwing Fuel on The Fire” dari Reclaim Finance menunjukkan, bank terkemuka, pemilik aset, dan manajer dari tujuh aliansi sektoral yang tergabung dalam Aliansi Finansial Glasgow untuk Net Zero (GFANZ) terus mengucurkan miliaran dolar untuk ekspansi industri batu bara, minyak bumi, dan gas fosil. Salah satu perusahaan yang menerima kucuran dana itu ialah Shell.

Dalam laporan itu disebutkan, Shell menerima pembiayaan dari anggota NZAM (Net Zero Asset Manager initiative) per September 2022 senilai US$66,067 juta.

“Menggandakan [oleh Shell] pada proyek minyak dan gas baru bukanlah rencana yang kredibel, ini adalah resep untuk aset yang terdampar,” ujar Paul.

Nest, skema pensiun tempat kerja terbesar di Inggris dengan 10 juta anggota, telah mendukung gugatan tersebut.

“Investor ingin melihat tindakan yang sejalan dengan risiko perubahan iklim dan akan menantang mereka yang tidak berbuat cukup untuk mentransisikan bisnis mereka. Kami berharap seluruh industri energi duduk dan memperhatikan,” ungkap Mark Fawcett, kepala investasi Nest.

Sementara, London CIV, yang mengelola aset skema pensiun pemerintah daerah London menjelaskan, selama beberapa dekade mendatang, satu miliar nyawa dan triliunan pound akan terancam karena perubahan iklim.