Baru baru ini, Komunitas Bumi Budaya menghelat inisiasi seni-budaya atraktif dan edukatif bertajuk #1 Nglaras Jagat Ngloram yang diselenggarakan pada Sabtu s.d. Minggu, tanggal 19 s.d. 20 November 2022 di Area Situs Ngloram, Desa Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.
Kegiatan seni-budaya atraktif dan edukatif bertajuk #1 Nglaras Jagat Ngloram ini dikemas dengan pertunjukan bernuansa memasadepankan masa silam seperti kirab gunungan banawa sekar, lomba dolanan tradisonal, jagong budaya, festival hadroh, pasar tradisional yang diberi nama pasar wura wari dan bentuk kesenian lainnya dijalankan bersama sama elemen warga selama dua hari penuh.
Gegap gempita yang terlihat dari #1 Nglaras Jagat Ngloram ini ternyata mampu menumbuhkan semangat partisipasi warga. Komunitas Bumi Budaya meyakini, bahwa dalam membangun desa utamanya sebuah peninggalan leluhur yakni situs, perlu upaya membiasakan dahulu masyarakat sekitar untuk bersatu dan bahu membahu dalam satu kegiatan agar tumbuh kesadaran rasa memiliki dan merasa diberi ruang berpartisipasi.
Fasilitasi ruang partisipasi masyarakat pada perhelatan kegiatan ini, ternyata mampu membawa suasana kebersamaan yang sangat harmonis. Dan, dengan kebersamaan inilah dapat dijadikan modal sosial yang kuat untuk melakukan pembangunan yang memakmurkan dan menyejahterakan.
Gelaran #1 Nglaras Jagat Ngloram yang diselenggarakan secara kolektif antara Komunitas Bumi Budaya-masyarakat setempat-perusahaan swasta-akademisi-media, dibuka dengan acara Kirab Banawa Sekar yang di dalamnya terdapat simbol simbol budaya yang dihadirkan melalui peran penari barongan, penabuh, sesaji, gunungan, busana, tata rias, dan bentuk pertunjukan yang memiliki makna dan mengandung nilai nilai kejayaan masa silam.
Dan, tidak sekadar sebagai sebuah pertunjukan kesenian saja, tetapi juga mampu memberikan andil yang besar pada pembangunan masyarakat desa, dalam arti pembangunan manusia melalui praktik berkebudayaan untuk mewujudkan masyarakat sadar budaya.
Praktik keberpihakan pada tradisi dan budaya lokal ternyata mampu memberikan warna pada pembangunan masyarakat desa. Hal ini terkonfirmasi lewat antusiasme budaya dan bara lokalitas yang disebut sayeg Saeko Kapti (Se-iya se-kata). Inilah semangat yang mestinya terus dipupuk dalam pembangunan melalui artikulasi seni, tradisi, dan budaya lokal.
Partisipasi masyarakat merupakan pintu masuk terjadinya pembangunan desa berkelanjutan. Dan, tradisi serta budaya lokal adalah pendorongnya. Ruang partisipasi dan keberpihakan pada tradisi dan budaya lokal mampu menumbuhkan;