Scroll untuk baca artikel
Kolom

Gelaran #1 Nglaras Jagat Ngloram Sebagai Praktik Partisipasi Masyarakat Pedesaan dalam Pembangunan Desa Berkelanjutan

Redaksi
×

Gelaran #1 Nglaras Jagat Ngloram Sebagai Praktik Partisipasi Masyarakat Pedesaan dalam Pembangunan Desa Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini

Oleh Ahmad Rouf

Kegiatan seni-budaya atraktif dan edukatif bertajuk #1 Nglaras Jagat Ngloram ini dikemas dengan pertunjukan bernuansa memasadepankan masa silam seperti kirab gunungan banawa sekar, lomba dolanan tradisonal, jagong budaya, festival hadroh, pasar tradisional yang diberi nama pasar wura wari, pengajian umum dan bentuk kesenian lainnya dijalankan bersama sama elemen warga selama dua hari penuh.

Gegap gempita yang terlihat dari #1 Nglaras Jagat Ngloram ini ternyata mampu menumbuhkan semangat partisipasi warga

DESA dengan ragam kondisi di dalamnya, tidak dipungkiri tradisi dan budaya lokal yang dijalankan masyarakat secara kolektif cenderung lebih kuat dibanding dengan masyarakat kota. Kondisi kekinian, sayangnya tradisi dan budaya lokal sebagai bagian dari semangat partisipasi masyarakat mulai tergeser oleh desain pembangunan desa yang berorientasi pada pembangunan fisik berupa sarana dan prasarana.

Misalnya, jalan, jembatan, kantor, serta pembangunan pembangunan fisik lainnya yang sejenis. Pembangunan aspek tradisi dan budaya lokal kian menjauh dari agenda pembangunan desa.

Kondisi demikian dapat dimaklumi karena kebanyakan desa desa di Indonesia masih minim dengan ketersediaan sarana dan prasarana fisik. Lain hal dengan kota, aspek fisik telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini yang nampaknya menjadikan pembangunan desa berorientasi pada sarana dan prasarana fisik.

Dan, belakangan definisi pembangunan desa secara mayoritas cenderung disimbolkan dengan kemegahan bangunan serta sarana dan prasarana lainnya.

Dampak dari realitas pembangunan tersebut, menu menu pembangunan desa yang sifatnya non fisik seperti pembinaan dan pemberdayaan masyarakat bukan menjadi prioritas atau malah justru terabaikan.

Padahal, pembangunan desa seperti diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri dijelaskan bahwa aspek pembinaan dan pemberdayaan masyarakat menjadi bagian dari perencanaan pembangunan desa ―termasuk tentang pembinaan adat, kesenian serta sosial budaya masyarakat masuk di dalam sub bidang pembinaan tersebut.

Sejatinya, tradisi dan budaya lokal merupakan sarana atau praktik fasilitasi partisipasi masyarakat. Aspek aspek non fisik adalah ruang terjadinya partisipasi dalam pembangunan perspektif bottom-up (Dari bawah ke atas atau sesuai kebutuhan masyarakat). Pembangunan fisik atau sarana dan prasarana cenderung top-down (Dari atas ke bawah atau sesuai perspektif pemerintah), masyarakat minim partisipasi.

Bila kondisi demikian terus melaju, bagaimana nasib tradisi dan budaya lokal? Demikian pula dengan kenyataan bahwa sesungguhnya tradisi dan budaya masih hidup di tengah tengah masyarakat dan hidupi oleh masyarakat hingga kini. Adalah sebuah tantangan terhadap situasi sekarang ini jika berbicara tentang tradisi dan budaya lokal masyarakat Indonesia sebagai bagian dari nilai nilai kehidupan kita.

Baru baru ini, Komunitas Bumi Budaya menghelat inisiasi seni-budaya atraktif dan edukatif bertajuk #1 Nglaras Jagat Ngloram yang diselenggarakan pada  Sabtu s.d. Minggu, tanggal 19 s.d. 20 November 2022 di Area Situs Ngloram, Desa Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.

Kegiatan seni-budaya atraktif dan edukatif bertajuk #1 Nglaras Jagat Ngloram ini dikemas dengan pertunjukan bernuansa memasadepankan masa silam seperti kirab gunungan banawa sekar, lomba dolanan tradisonal, jagong budaya, festival hadroh, pasar tradisional yang diberi nama pasar wura wari dan bentuk kesenian lainnya dijalankan bersama sama elemen warga selama dua hari penuh.