Scroll untuk baca artikel
Kolom

Gelaran #1 Nglaras Jagat Ngloram Sebagai Praktik Partisipasi Masyarakat Pedesaan dalam Pembangunan Desa Berkelanjutan

Redaksi
×

Gelaran #1 Nglaras Jagat Ngloram Sebagai Praktik Partisipasi Masyarakat Pedesaan dalam Pembangunan Desa Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini

Pertama, nilai partisipasi yang hadir secara utuh karena digerakkan dengan dorongan kebersamaan. Kebersamaan juga merupakan inti persaudaraan dimana nilai ini masih kuat di masyarakat desa.

Dari sini relasi pembangunan tidak menjadikan isolasi antar kelas yang berpotensi menjadi gelanggang pertarungan. Maka dari itu, partisipasi adalah “teknologi pengingat” bahwa pembangunan mesti menjadi pengungkit nilai kebersamaan dan bukan panggung persaingan.

Kedua, nilai toleransi pun tampil dari praktik praktik berkebudayaan, yang juga merupakan pangkal untuk meyakini bahwa sumber pembangunan adalah spiritualitas. Nilai toleransi sebagai mata air spiritualitas tertinggi, dan akan mengalirkan moralitas yang jernih dalam berpikir, berucap, dan bertindak. Dalam bahasanya Raden Mas Panji Sosrokartono adalah catur mukti.

Ketiga, nilai kerelaan mengontribusikan sumberdaya yang mempertautkan masyarakat desa dengan aktivitas praktik praktik kebudayaan, tentunya akan menerbitkan potensi potensi yang selama ini tersuruk dan mengendap.

Ketiga, nilai kerelaan mengontribusikan sumberdaya yang mempertautkan masyarakat desa dengan aktivitas praktik-praktik kebudayaan, tentunya akan menerbitkan potensi-potensi yang selama ini tersuruk dan mengendap.

Nilai inipun merupakan tangkai terpenting berhubungan dengan modal pembangunan desa dan sebagai mata rantai pembangunan (ekonomi) desa. Bila dipantulkan pada poros kebijakan saat ini dimana desa adalah altar baru pembangunan nasional, maka pengelolaan sumberdaya ini dapat disematkan kepada semacam institusi koperasi atau BUMDesa.

Keempat, nilai kerja sama yang dalam berapa aspek diterjemahkan menjadi gotong royong. Nilai ini masih menjadi bahas relasi antar manusia di desa.

Harkatnya harus tetap dijaga kadar serta kualitasnya mesti dipertahankan, sebab modal sosial ini adalah sumber keabadian bangsa, bagaimana tidak midal itulah yang membuat desa tak tercerabut dalam kemalangan penyakit individualism karena dijaga oleh nafas gotong royong.

Belajar dari kegiatan #1 Nglaras Jagat Ngloram dapat membuka mata khalayak bahwa parameter atau keberhasilan pembangunan yang bersumber dari lokalitas seperti semangat kebersamaan dalam praktik praktik kebudayaan dapat dicapai.

Hal ini dapat pula menjadi arah dan penguat bahwa ukuran keberhasilan pembangunan bukanlah semata mata berdasarkan norma pemerintah atau Negara melainkan, pencapaian pembangunan semestinya diukur dari kebutuhan masyarakat.

Maka denyut semangat berkebudayaan setidaknya akan menghadirkan nilai nilai lokal yang mampu menjadi akar untuk menumbuhkan keberlanjutan pembangunan desa yang tangguh.