Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Gemar Menabung, Cermin Pribadi Muslim

Redaksi
×

Gemar Menabung, Cermin Pribadi Muslim

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Salah satu orang Indonesia tercatat sebagai “The Biggest Spendor” di sebuah pusat perbelanjaan ternama di Singapura yang nota bene sebagai pusat perbelanjaan bergengsi di dunia. Lantas muncullah pertanyaan, mengapa bukannya orang Jepang, China atau Amerika yang mempunyai perusahaan-perusahaan raksasa. Pastinya mereka orang-orang kaya di dunia sebagai the biggest spendor ?

Sebagai warga Indonesia banggakah kita atas gelar tersebut. Itulah sederet pertanyaan yang harus kita jawab. Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang Indonesia gemar sekali dalam urusan belanja, plesiran, royal, dan bersikap konsumtif. Terutama para pejabat-pejabat dengan menggunakan fasilitas negara mereka hambur-hamburkan uang untuk kesenangan pribadinya.

Masih ingatkah salah seorang anggota dewan, hanya urusan tas, sepatu atau life style saja miliaran rupiah begitu mudahnya dikeluarkan tanpa berfikir nilai kemanfaatan dan fungsinya. Akhirnya yang terjadi…

Sementara itu, Tenaga Kerja Indonesia yang digadang-gadang pemerintah sebagai Pahlawan Devisa. Dengan peluh, keringat serta penderitaannya berusaha mati-matian menyumbang devisa Negara. Seperti tidak ada nilainya karena dalam sekejap dikuras habis untuk foya-foya, shoping dan plesiran para pejabat keluar negeri.

Fenomena ini tidak hanya menjadi budaya di kalangan atas. Tetapi sudah merambah sampai kalangan orang-orang yang tak punya. Mereka bangga ketika bisa menggigit sekerat daging ayam di rumah makan milik Amerika daripada makan sepuasnya di warteg.

Memiliki kepuasan kalau beli baju bermerk yang harganya mahal daripada baju buatan local. Meskipun dari uang recehan yang sedikit demi sedikit ia kumpulkan.

Inilah realitas pergeseran budaya masyarakat dari masyarakat yang berbudaya Hemat dan sederhana menjadi masyarakat yang berbudaya konsumerisme dan hedonism.

Hemat budaya Islam

Nabi Muhammad Saw mengajarkan umatnya untuk memiliki sikap dan perilaku atau akhlakul karimah. Bentuk sikap tersebut salah satunya sikap hemar. Rasulullah memuji sikap hemat sebagai suatu sikap yang diwariskan oleh para nabi sebelumnya, seperti yang sabdanya:

Sikap yang baik, penuh kasih saying, dan berlaku hemat adalah sebagian dari dua puluh empat bagian kenabian.” (HR Tirmidzi)

Nabi Muhammad Saw bahkan mengajarkan sikap hemat ini sebagai kiat untuk mengantisipasi kekurangan yang dialami oleh seseorang pada suatu waktu, sabda beliau : “tidak akan kekurangan bagi orang yang berlaku hemat’ (HR. Ahmad).

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa bersikap hemat tidak berarti harus kikir dan bakhil. Ada perbedaan besar antara Hemat dan Kikir. Hemat berarti membeli untuk keperluan tertentu secukupnya dan tidak berlebihan. Ia tidak akan membeli atau mengeluarkan uang kepada hal-hal yang tidak perlu.

Adapun kikir atau bakhil adalah sikap yang terlalu menahan dari belanja sehingga untuk keperluan sendiri yang pokok pun sedapat mungkin ia hindari, apalagi memberikan pada orang lain. Dengan kata lain, ia berusaha agar uang yang dimilkinya tidak dikeluarkannya, tetapi berupaya agar orang lain memberikan uang kepadanya.

Menabung penangkal konsumerisme

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.

Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik.

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا