Gerakan mahasiswa 2022 akan menjadi penentu corak gerakan pada 2023 dan 2024 mendatang. Diskusi LP3ES dengan tema Gerakan Mahasiswa dan Masa Depan Demokrasi
BARISAN.CO – Ketua BEM Universitas Indonesia (UI), Bayu Satrio Utomo mengatakan ada otokritik yang telah dilakukan para mahasiswa agar tidak lagi menjadi gerakan yang reaksioner dan berusaha menyusun grand design ke depan dari gerakan mahasiswa yang berkesinambungan dan menyusun peta gerakan.
“Mahasiswa berusaha untuk memahami apa masalah fundamental dan apa yang seharusnya dilaksanakan dalam jangka panjang,” sambungnya dalam diskusi yang diselenggarakan LP3ES dengan tema Gerakan Mahasiswa dan Masa Depan Demokrasi, Rabu (13/4/2022).
Menurut Bayu gerakan mahasiswa 2022 akan menjadi penentu corak gerakan pada 2023 dan 2024 mendatang. Karenanya saat ini mahasiswa sedang melakukan proses pendekatan dan menurunkan ego masing-masing.
“Fase 2024 harus bisa menjadi titik balik dengan memanfaatkan pesta demokrasi besar di Indonesia. Gerakan masyarakat sipil jangan memberikan cek kosong tetapi harus bisa membaca situasi sosial politik yang terjadi,” imbuhnya
Bayu menyampaikan pada tanggal 18 April 2022 mendatang akan dilaksanakan Kongres Rakyat yang melibatkan elemen sipil mahasiswa dan masyarakat.
Direktur Pusat Studi dan Media dan Demokrasi LP3ES, Wijayanto mengatakan gerakan mahasiswa hari ini hidup di tengah situasi manipulasi opini publik yang membanjiri media sosial dengan volume luar biasa dahsyat setiap hari, yang digerakkan oleh mesin-mesin cybertroop dengan pembiayaan besar dan sangat terorganisir.
“Gerakan mahasiswa saat ini juga membawa makna tersendiri karena wacana perpanjangan jabatan presiden dan penundaan pemilu menjadi gagal setelah adanya aksi gerakan mahasiswa masif yang menentang segala wacana buruk tersebut,” terangnya
Wijayanto mengapresiasi gerakan mahasiswa yang terjadi sekarang merupakan kabar baik bagi demokrasi di tengah kemunduran demokrasi yang terjadi.
“Dengan lakukan berkali kali aksi, itu adalah pendidikan politik real dan menjadi pengingat kepada kekuasaan agar tidak berpikir dapat melakukan apapun tanpa adanya kontrol social,” tuturnya.
Sementara mantan Ketua BEM FE UI, Dzulfian Syafrian menyampaikan beberapa isu yang menjadi fokus gerakan mahasiswa saat ini seperti masalah akut perekonomian dengan terjadinya kenaikan harga-harga khususnya BBM dan minyak goreng. Menandai adanya krisis kebijakan ekonomi nasional.
“Terjadi salah kelola dalam kebijakan sosial politik. Adanya wacana perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu. Tidak ada kinerja bagus tetapi minta perpanjangan periode “jabatan,” terang
Kandidat PhD Durham University ini mengatakan pengelolaan negara yang menurun secara kualitas dan berakibat gagalnya pencapaian hal-hal fundamental tetapi dilaporkan bahwa negara dalam keadaan baik-baik saja.
“Mahasiswa harus terus bergerak. Hal itu juga sebagai antithesis terhadap tangan-tangan kekuasaan yang sudah menjamah wilayah akademik kampus melalui rektorat, alumni dan lain-lain,” ujar Dzulfian
Mantan Ketua Dewan Mahasiswa Dipo Alam berpesan gerakan mahasiswa perlu waspada. “Sejak dulu akan selalu ada pihak-pihak yang akan mendompleng dan mengambil keuntungan dari aksi tersebut,” tandasnya. [Luk]