Gerimis Di Kota Solo
: pak sdd
Ini bulan Juni Pak Sapardi. Solo masih ditanami
rintik hujan. Angin mengelabuhi jejak pikiran
mobil meminggirkan hasrat gumam di resto temaram
jangan dengungkan musik Tuan DJ,
aku belum siap memindai tembang kenangan
Tataplah; keringat di sekujur tubuh masih meruntuhkan deras
bahkan terus bergegas
akhirnya segelas kepul kopi tercebur di bibir manis bidadari
kini tenggelam mesra di sunyi meja. Kesiur angin mlipir
dan lambaian jendela menggapainya
barangkali kalau rasa sudah mengumpal serasa kekal
akan segera kueja nukilan nama
ah! Kutahu kini, mereka tidak pernah ke sini
Mereka terbagi di warteg sepi, antrean pecel hingga
deru gado-gado yang
masih diracik mesra chef-nya
merdu suaranya, membuatku terbata-bata mengeja.
Tenggelam dalam Iklan
Tuan, namamu tenggelam dalam iklan
pada rubrik, halaman, aroma geliat citra
yang sama. Aku tersenyum membentangkan kalender
lingkaran titimangsa percik politik
sibuk memantik-mantik
kuramalkan namamu akan bertabur sehangat bubur;
besuk edisi pagi-pagi
siangnya berita itu kuhirup basi
mata dan kincir pikiranku oleng pada
jamuan berita yang bersliweran di layar mungil kaca
di luar, berita hujan bersliweran. Menggemuruh
menciapkan kehilangan. Ayam piaraan belum pulang
sepeda motor cicilan dilahab arus luapan air tanggul
yang membobolkan kokoh pertahanan.
Pantai Utara, 2022
Sebungkus Nasi Rames
nasi bungkus apa pun lauknya akan menjadi
lanskap alur pagi. Tak usah rakus menembus
kita sudah terlanjur melepas kaos oblong sedari Subuh
saat jalan dan gang sunyi lepas labuh
biarkan anak-istri kita terkurung di lantai dua
memeluk jerit perut sarat dongeng derita
kita akan menjemput mobil penyeberang
dengan tarikan gas gandang
beruntun tiba – repot menyapa
kawan dari darat akan setia berkabar bahwa
sejumlah petugas melintas. Tak usah mengaduk mimpi
kaleng sarden tanpa tepi, sekerat daging, hingga
selonjor paha ayam mekangkang
kita cukup memberi sebungkus nasi rames yang
membikin gemes.
Semarang, 2022.
“Keariban Togel”
imajinasi menawan kalian pun tenggelam
pada murka luap air yang mumbul sepanjang tanggul
air serasa berbalik dari hilir menuju hilir
menyatu dengan bulatan hidup kocar-kacir
berita lenguh kita, lengkap keringat yang melata
menggasing di pusaran kota. Anak-istri
menutup mata dalam keremangan tembaga
seperti penderita akut ketakutan berharap
berjibun harapan di kepala kita pasrah mengendap
antre sumbangan erasjatah lagi? Pertanyaan bersumbu
menjadi belati. Warung Mak Yah tertutup kabut
belum ada rerasan harapan
serenteng shet kopi tersembunyi di balik
ketiak rimbun dapur bisa kita ukur
kepul rokok akan bijak menyusul
melengkapi dukamu yang bisu.