Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Greta: Batu Bara Lebih Buruk Ketimbang Membiarkan Pembangkit Nuklir Tetap Menyala

Redaksi
×

Greta: Batu Bara Lebih Buruk Ketimbang Membiarkan Pembangkit Nuklir Tetap Menyala

Sebarkan artikel ini

Aktivis iklim, Greta Thunberg mengomentari keputusan Jerman yang akan mematikan tenaga nuklir. Menurutnya, itu adalah ide yang sangat buruk untuk fokus pada batu bara ketika sudah ada tenaga nuklir.

BARISAN.CO – Keputusan Jerman untuk menjaga dua pembangkit atom dalam keadaan siaga selama musim dingin di tengah krisis listrik telah mengungkap keretakan di pemerintahan dan menimbulkan kritik dari pakar ekonomi dan energi.

Terlebih, Rusia telah mengurangi pasokan gas ke Eropa. Dilansir dari The Local, tiga pembangkit nuklir Jerman yang tersisa direncanakan akan pensiun pada akhir tahun ini. Sebagai gantinya, dua armada akan disimpan sebagai cadangan hingga pertengahan April 2023 jika diperlukan. seperti yang disampaikan oleh Menteri Ekonomi Robert Hebeck pada September lalu.

Keputusan itu diambil di bawah mantan kanselir Jerman, Angela Merkel setelah bencana Fukushima pada 2011.

Dia mengatakan subjek energi nuklir terikat dengan banyak emosi, tetapi ekstensi parsial diperlukan untuk menghindari krisis listrik.

Sedangkan, Veronika Grimm, anggota dewan penasihat ekonomi pemerintah menyamapikan, mengingat tagihan listrik yang meroket, semua sumber daya yang mungkin perlu dimobilisasi.

Menurutnya, bukan hanya pembangkit listrik batu bara, namun juga pembangkit listrik tenaga listrik harus tetap berjalan.

“Tidak hanya standby seperti yang direncanakan saat ini. Karena dengan begitu harga listrik akan turun,” katanya.

Dia menyarankan, pemerintah Jerman harus memeriksa perpanjangan masa pakai pabrik hingga lima tahun dan bahkan membawa pabrik yang baru saja ditutup kembali online untuk menjaga harga.

Sebaliknya, Claudia Kemfert dari lembaga penelitian ekonomi DIW mengungkapkan, pembangkit nuklir tidak disesuaikan untuk bertindak sebagai cadangan jaringan karena tidak dapat dinyalakan dan dimatikan dengan mudah.

Sementara, harian keuangan Handelsblatt menulis, perpanjangan sebagian hanyalah keputusan terburuk dari semua kemungkinan.

Perdebatan ini juga menarik perhatian aktivis iklim, Greta Thunberg. Dia mengatakan akan menjadi kesalahan bagi Jerman untuk mematikan pembangkit listrik tenaga nuklirnya jika itu berarti negara itu harus membakar lebih banyak batu bara.

Greta menyampaikan kepada penyiar publik Jerman ARD, itu adalah ide yang sangat buruk untuk fokus pada batu bara ketika sudah ada tenaga nuklir.

Awal tahun ini, Komisi Eropa mengambil sikap tegas terhadap tenaga nuklir dengan melabelinya sebagai sumber energi hijau dalam sistem klasifikasinya yang menetapkan daftar kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan.

Tapi dia mengakui dalam wawancara, yang akan ditayangkan Rabu waktu setempat, ada perdebatan yang kuat tentang masalah ini di Jerman.

Saat ditanya apakah akan lebih baik bagi planet ini jika Jerman mempertahankan tiga pembangkit nuklirnya yang tersisa, Greta menjawab: “Jika kita sudah menjalankannya, saya merasa bahwa menutupnya untuk fokus pada batu bara adalah suatu kesalahan.”

Dia menegaskan, keputusan Jerman apabila mengandalkan pembangkit listrik batu bara berarti terlalu kecanduan dengan bahan bakar fosil tersebut.

Greta bahkan mengecam rencana investasi infrastruktur bahan bakar fosil baru.

“Seharusnya fokus pada perluasan energi terbarukan,” tegasnya.

Dia juga mencatat, politisi di beberapa negara seperti Swedia menolak menyarankan orang menghemat energi, meski dapat menurunkan harga.

“Saya tahu bahwa di Jerman orang berbicara tentang penghematan energi. Tapi, di Swedia sangat dilarang untuk berbicara tentang menggunakan lebih sedikit energi karena kemudian orang berkata, ‘Oh, tidak, ini komunisme dan sebagainya.’ Jadi, itu benar-benar gila,” jelasnya.