Orang-orang sarungan
Orang-orang sarungan berkhidmat kepada bintang sembilan
bintang Kanjeng Rasul panutan nur inti tawasul
bintang Khulafaur Rasyidin sebening kebenaran adil
bintang Aswaja bercahaya bermazhab dalam beragama
Orang-orang sarungan memegang jalinan tambang Asmaul Husna
di kedua ujungnya merajut persaudaraan sesama
demi Hablum Minallah dan Hablum Minannas
terjaga orang-orang sarungan bangkit dari Nusantara
Bergerak berdaya demi membangun peradaban dunia
Orang-orang sarungan
dulu seabad silam dari Pulau Madura
santri As’ad mengemban amanah sang Syaikhona
membawa tasbih dan tongkat sebagai penanda bagi Hadratussyaikh
menyerukan saatnya bangkit kaum ulama
kemudian dari Bangkalan bertandang
dari Pasuruan membilang
juga Malang serta Jombang Kudus, Lasem, Cirebon, serta Semarang
orang-orang berdatangan bermunajat di Surabaya
bermufakat melayarkan Komite Hijaz
menantang gelombang ganas menelusuri teluk, selat, dan samudera
hingga tiba di tanah suci yang tengah dikepung badai gurun Wahabi
Orang-orang sarungan menggelar hujjah di padang pasir yang resah
mengurai tafsir syirik dan bidah agar tak merusak jejak sejarah
di masa silam tak membutakan pandangan ke masa depan
Orang-orang sarungan mengelar
dulu ketika Kolonial kian banal penjajahan membabu brutal
Pertiwi luka ngaga menebal
orang-orang sarungan merawatnya
bersama saudara sebangsa bersama sanak kerabat secita-cita
Orang-orang sarungan menggelar
hasrat merdeka membangkitkan Laskar Hizbullah
membangunkan barisan Sabilillah
berbekal doa dan wirid kaum ulama berupa hizib, zikir, shalawat, serta asma
memahat semangat merah di dada
memilih niat putih di jiwa mengibarkan panji-panji kebebasan
mengobarkan pataka-pataka kemanusiaan
sekalian bangun cinta Tanah Air dan bangsa
sebagai rumah ibadah selamanya
KH Hasyim Asy’ari anti-seikerei
menolak menundukan badan ke matahari setiap pagi
menentang puja puji kaisar sang penjarah negeri
apalagi mempercayainya sebagai titisan amaterasu
sebab rukuk cuman untuk ilahi
biar raga disiksa jiwa dianiaya jemari tangan diremuk
persendiannya dijebloskan ke dalam penjara di Jombang, Mojokerto, dan Bubutan
demi mempertahankan keyakinan
Orang-orang sarungan tetap melawan
dari Tasikmalaya Kiai Zainal Musthofa menggugat Seikerei
merusak tauhid mengacaukan kiblat
lantas ia menyusun siasat menculik aparat
demi membebaskan pejuang yang disekap
menyuruh santri belajar silat ngaji thariqah
mengumpulkan senjata tajam untuk bersiap-siap
ketika penguasa mengirimkan utusan
diancam sekalian dilepaskan setelah dilucuti senjatanya
tiga opsir Jepang binasa sebab hendak menangkap paksa
satu dilepaskan lapor kepada komandan