Scroll untuk baca artikel
Olahraga

Hasil Akhir Adalah Segala-galanya untuk Sepak Bola Italia

Redaksi
×

Hasil Akhir Adalah Segala-galanya untuk Sepak Bola Italia

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Koloseum adalah saksi bisu dimana ribuan gladiator berlumuran darah demi bertahan hidup dan memetik kemenangan. Dan, di Italia, bangunan itu berdiri. Boleh jadi, di benak para pelatih negeri Pizza itu, lapangan tak ubahnya bak koloseum, tak ada pilihan untuk kekalahan, karena pertarungan adalah soal hidup dan mati.

Hal itu tak hanya mengilhami taktik dan filosofi permainan sepak bola Italia. Tapi juga tampak kentara pada karakter pelatih Italia yang keras dan berdisiplin tinggi, dimana mereka seringkali menerapkan metode unik untuk meningkatkan kebugaran dan fisik sang pemain, bahkan sampai menekan batas stamina para pemainnya.

Sosok pelatih asal Italia seperti Fabio Capello,  Massimiliano Allegri, Claudio Ranieri, hingga Roberto Mancini dikenal memiliki karakter demikian. Bahkan, terbaru Antonio Conte menggembleng habis-habisan pemain Tottenham Hotspur di sesi pra musim di Korea Selatan pada 10 Juli 2022.

Baru tiba sehari di negara asal Son Heung-min, besoknya Conte langsung tancap gas menempa fisik para pemain klub berjuluk The Lily White itu. Di hadapan 6.000 pasang mata fans Spurs yang memadati World Cup Stadium, ia memberikan porsi dua sesi latihan pada pagi dan sore.

Memang, semasa masih menukangi Juventus, Chelsea, dan Inter Milan, Conte sudah dikenal kejam dan gila ketika memaksimalkan batas stamina pemain-pemainnya.

Hal serupa  juga tampak di sesi latihan Valencia. Terlihat dari tayangan video yang beredar di media sosial, Gennaro Gattuso, pelatih anyar klub asal Spanyol itu langsung menggenjot fisik pemain-pemainnya hingga tampak sangat lelah.

Kultur Sepak Bola Italia

Hasil adalah segalanya, begitulah kemudian kultur sepak bola Italia terbentuk dan mengakar. Bagi mereka, permainan seapik apapun takkan berarti apa-apa kalau hasil akhirnya bukanlah kemenangan.

Gianluca Vialli dalam bukunya “The Italian Job” membandingkan sepak bola Italia dengan sepak bola Inggris sebagai pendekatan untuk memudahkan dalam memahami sepak bola Italia. Ia membuat komparasi keduanya dengan analogi petinju A dan petinju B yang bertarung di atas ring.

Vialli menggambarkan petinju A sebagai tipikal petinju yang agresif, sedangkan petinju B adalah petinju yang berdiri paling akhir di atas ring. Oleh karenanya, petinju B akan mati-matian menahan pukulan demi pukulan lawannya. Ketika lawannya lengah, itulah kesempatan petinju B untuk menghujam hook yang mematikan ke lawannya.

Begitulah gambaran sepak bola Italia seperti petinju B. Layaknya pertarungan, mereka akan berjuang sekuat tenaga bertahan hidup demi hasil akhir, yang bagi mereka adalah segalanya. [rif]