Scroll untuk baca artikel
LingkunganTerkini

IKN versi Mesir, Proyek Ambisius Sang Presiden Penuh Kontroversi

Redaksi
×

IKN versi Mesir, Proyek Ambisius Sang Presiden Penuh Kontroversi

Sebarkan artikel ini

Pembangunan IKN baru didanai China dan terancam mangkrak karena krisis ekonomi.

BARISAN.CO – Kontroversi pembangunan megaproyek Ibu Kota Negara (IKN) tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi pergunjingan politik di Mesir. Proyek ambisius Presiden Abdel Fattah el-Sisi ini menyita anggaran $59 miliar.

Seperti halnya di Indonesia penguasa di Mesir untuk meyakinkan rakyatnya menyatakan ibu kota lama sudah tidak layak lagi dengan beragam alasan seperti kepadatan penduduk, lingkungan dan kemacetan.

Ibu kota baru ditawarkan kepada rakyatnya sebagai ikon peradaban modern yang baru akan dirasakan manfaatnya ketika proyek yang membentang empat kali luas Washington DC ini rampung dalam enam tahun. Sedikit ada yang membumbui, ibu kota negara ini disebut-sebuat paling besar kedua setelah era peradaban Mesir kuno. Ehm.

Seperti ditulis nytimes.com, bangunan berarsitektur kekaisaran dan di kawasan itu di antaranya dibangun juga gedung tertinggi di Afrika, piramida kristal, dan istana kepresidenan berbentuk cakram yang terinspirasi simbol dewa matahari Mesir kuno. 

Untuk mendukung proyek infrastruktur utama, telah dibangun jalan raya delapan lajur, jembatan raksasa membentang di Sungai Nil. Ibukota baru ini dibangun di kawasan Pantai Mediterania, tepat di luar Kota Alexandria.

Sejak 2019 sudah muncul kekhawatiran proyek IKN tersebut bakal mangkrak. Ekonomi Mesir yang mengalami malaise menjadi penyebabnya. Apalagi dalam enam tahun terakhir, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memberi Mesir tiga pinjaman dengan total sekira $20 miliar.

Analis politik Mesir, Mager Mansour secara satire menyebut pembangunan IKN pada dasarnya hanya untuk orang kaya. Sementara yang menanggung beban justru rakyat kecil karena mereka kena dampak pemotongan anggaran subsidi dan layanan sosial.

Selain didanai APBN, pembangunan  IKN juga melibatkan investor Timur Tengah. Tetapi mayoritas dana berasal dari China.

Silang pendapat pun terus terjadi terutama dari kalangan ekonom kritis. Mereka mengkhawatirkan Mesir akan mengalami gagal bayar utang. Sementara investor asing terus menjauh karena rezim militer yang dianggap tidak demokratis.

“Tahun 2023 akan menjadi gelap dan mengerikan,” kata ekonomi Amr Adeeb seperti dikutip nytimes.com.

Mirip Indonesia

Pembangunan IKN di Mesir mirip di Indonesia, baik itu dari ambisinya maupun tujuannya. Kairo dianggap sudah tidak layak sebagai ibu kota lagi karena sudah sumpek dengan 20 juta populasi.

Rencana pembangunan IKN juga sebenarnya bukan berawal dari ide presiden sekarang melainkan melanjutkan gagasan Presiden Hosni Mubarak yang digulingkan dalam pemberontakan Arab Spring 2011.

Di kawasan IKN dibangun gedung pencakar langit buatan China yang disebut Menara Ikon menjulang setinggi 1.293 kaki dan disebut-sebut gedung tertinggi di Afrika.

IKN dibangun sebagai kota pintar yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Sekitar 6.000 kamera akan memantau jalan-jalan kota baru. Kecerdasan buatan digunakan di antaranya untuk mengoptimalkan penggunaan air dan pengelolaan limbah dan warga akan menyampaikan keluhan menggunakan aplikasi seluler.

Bedanya dengan Indonesia, IKN Mesir sudah berjalan sementara di Indonesia masih berupa patok penanda.

Persamaannya, bila krisis ekonomi terjadi keduanya terancam mangkrak