Scroll untuk baca artikel
Berita

Impor 40 Ribu Sapi untuk Program MBG, Ekonom Ingatkan Ancaman Investor Asing

×

Impor 40 Ribu Sapi untuk Program MBG, Ekonom Ingatkan Ancaman Investor Asing

Sebarkan artikel ini
Impor 40 Ribu Sapi
Ilustrasi

Pemerintah mengimpor 40.500 ekor sapi demi memenuhi kebutuhan susu dan daging untuk program Makan Bergizi Gratis.

BARISAN.CO – Ekonom Bright Institute memberikan komentar terkait kebijakan impor sapi yang dilakukan pemerintah dalam rangka mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto.

Mengutip pemberitaan Bloomberg Tekno pada 16 September 2025, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengungkapkan sebanyak 40.500 ekor sapi telah diimpor dari target 150.000 ekor sapi perah dan sapi pedaging. Upaya ini ditujukan untuk meningkatkan produksi susu dan daging dalam negeri.

Sudaryono menyebut, dari total impor tersebut, sekitar 11.500 ekor merupakan sapi perah untuk kebutuhan produksi susu, sementara 29.000 ekor sapi pedaging untuk pasokan daging.

Ia menegaskan pemerintah tidak menggunakan APBN dalam pengadaan ini, melainkan mengandalkan investasi, termasuk dari investor asing.

“Kebutuhan susu untuk MBG menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Hingga kini sejumlah calon investor dari Brasil, Vietnam, hingga Argentina telah menunjukkan minat, meski masih tahap penjajakan,” kata Sudaryono dalam rapat bersama Komisi IV DPR, Selasa (16/9).

Menurut data Kementerian Pertanian, konsumsi susu masyarakat Indonesia mencapai 16,29 kg per kapita per tahun.

Namun, produksi domestik hanya mampu memenuhi sekitar 22,26% kebutuhan. Sisanya, hampir 80% masih bergantung pada impor.

Ekonom Bright Institute menilai, kebijakan impor sapi memang perlu dipahami dalam konteks percepatan program MBG.

Namun, ia menyoroti bahwa pola investasi yang didorong justru lebih banyak melibatkan investor asing dengan memanfaatkan lahan milik BUMN, seperti Perhutani, ID Food, PT Berdikari, hingga PTPN.

“Dari penjelasan ini jelas terlihat bahwa investasi sapi perah diarahkan pada perusahaan asing, bukan peternak rakyat. Artinya, nilai tambah dari program MBG berpotensi tidak sepenuhnya dinikmati pelaku lokal,” ujar ekonom Bright Institute dalam komentarnya.

Ia menambahkan, seharusnya ada skema kemitraan yang memungkinkan peternak rakyat dan koperasi lokal berperan, setidaknya dalam produksi susu dan distribusi.

“Kalau sepenuhnya diambil alih investor asing, manfaat ekonomi lokal bisa tereduksi. Padahal program MBG juga digadang-gadang untuk membangkitkan ekonomi rakyat,” tambahnya.

Meski demikian, ekonom Bright Institute berharap kebijakan ini dapat berjalan optimal dan benar-benar membantu pemenuhan kebutuhan gizi anak-anak Indonesia, sekaligus memperkuat sektor peternakan dalam negeri. []

Video selengkapnya: