Beberapa orang menganggap barang non mewah sebagai inferior sehingga mereka menyimpulkan barang mahal akan memiliki kualitas yang lebih baik.
BARISAN.CO – Tahun 2021 lalu, brand fashion seperti Gucci, Chanel, Hermes, Dior, dan Louis Vuitton masuk jajaran lima besar teratas merek mewah paling populer secara online. Tak bisa disangkal, merek tersebut menarik perhatian beberapa orang untuk membelinya. Meski harus menabung bertahun-tahun, memiliki barang mewah sepertinya menjadi daya tarik bagi segelintir orang.
Termasuk dalam sebuah adegan di sebuah drama Korea, yang entah apa judulnya. Seorang karyawan ingin memiliki tas mewah dengan cicilan 12 bulan melalui kartu kredit. Bahkan, kita sering melihat, brand mewah dunia menjadi sponsor di film drama Korea.
Namun begitu, jika direnungkan kembali apa yang sebenarnya melatarbelakangi keputusan konsumen untuk membeli brand dengan harga selangit tersebut?
Mengutip Investopedia, beberapa konsumen bertindak tidak rasional. Mereka yang memiliki pikiran rasional cendenrung bertindak sesuai dengan akalnya. Sedangkan, saat membeli barang itu, beberapa konsumen tidak dalam posisi yang cukup mampu untuk membeli barang mewah.
Maka, tak heran, di Amerika sendiri, banyak orang yang berutang dengan hasrat memiliki barang tersebut. Sehingga, ini menjadi tanda mereka bertindak irasional.
Ada begitu banyak tas tangan misalnya yang berkualitas tinggi dan tahan lama dengan harga yang jauh lebih terjangkau, namun beberapa orang memilih menghabiskan ribuan dolar untuk tas dengan merek mewah yang sebenarnya memiliki fungsi dan kualitas relatif sama.
Beberapa orang menganggap barang non mewah sebagai inferior sehingga mereka menyimpulkan barang mahal akan memiliki kualitas yang lebih baik. Ini bertentangan dengan fakta karena barang yang terjangkau belum tentu memiliki kualitas yang buruk.
Contohnya saja Iphone. Orang rela mengantre semalaman untuk mendapatkan tipe terbaru ponsel tersebut. Faktanya, Samsung memiliki fitur yang lebih baik darpada kebanyakan model Iphone. Namun demikian, Apple memiliki tingkat loyalitas merek yang tinggi.
Bahkan, menurut data Nasdaq, perusahaan raksasa teknologi Amerika Serikat itu menjadi perusahaan pertama yang mencapai kapitalisasi pasar senilai 3 triliun dolar AS pada Selasa (4/1/2022).
Harga Diri dan Pencapaian Hidup
Dalam beberapa kasus, harga diri juga dapat menjadi faktor yang memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli barang mewah. Akan tetapi, bagi sebagian konsumen, ini bisa sangat membantu meningkatkan harga diri.
Alasan lainnya, beberapa orang membeli barang mewah karena alasan pemcapaian. Mereka ingin menghargai dirinya sendiri atas kerja kerasnya dengan membeli sesuatu yang sebelumnya mereka tidak mampu beli.
Memang tidak ada salahnya untuk menghadiahi diri sendiri atas pencapaian hidup. Banyak orang juga yang sebenarnya tidak mengenali merek mewah. Ketika seseorang menggunakan tas desainer, orang lain tidak akan mengetahui harga atau pun merek tas tersebut.
Tidak salah juga menghadiahi diri sendiri atas pencapaian hidup yang telah dihasilkan. Namun, yang perlu menjadi perhatian adalah batas kemampuan finansial kita. Jangan sampai ketika kita membeli barang mewah, tagihan utang menumpuk akibat ketidakmampuan kita menahan gaya hidup. [rif]