Scroll untuk baca artikel
Blog

International Youth Championship 2021 Berakhir, Penonton Kecewa

Redaksi
×

International Youth Championship 2021 Berakhir, Penonton Kecewa

Sebarkan artikel ini

Laga final International Youth Championship 2021 memang telah mengukuhkan pemenang. Namun, sebagai penonton, saya justru kecewa.

BARCELONA U-18 dikukuhkan sebagai juara pertama International Youth Championship 2021 yang berlangsung pada Selasa malam (19/4/2022).

Bertempat di Jakarta International Stadium (JIS), acara ini memang dipenuhi riuh suara penonton. Maklum, karena tak tahu nama para pemain, penonton memanggilnya dengan asal: Ucup, Burhan, dan lain sebagainya.

Meski pun, ada yang tampak hanya asik berfoto ria. Menariknya, ada yang justru datang, namun tak tahu pertandingan tim apa melawan apa.

Mendengar itu pun saya terkejut. Setelah babak pertama usai, saya pun berkeliaran sekitar stadion yng terbilang cukup megah itu.

Tak lama kemudian, saya yang awam dengan dunia persepakbolaan pun berbincang dengan salah satu penonton di depan stadion.

“Bagaimana pak pertandingannya tadi?” tanya saya kepada seorang pria yang sedang bersama temannya.

“Ga seru. Ga serius mainnya,” katanya.

Penonton itu bernama Budi. Dia tampak begitu kecewa.

Saya pun kembali bertanya, “Ga seru gimana, bang?”

Dengan wajah tidak antusias membahas, Budi menjawab, “Itu tim internasional. U-18, tapi masa passing-nya begitu,”

Sebagai orang yang cerewet, lagi-lagi saya melempar pertanyaan, “Apa mereka merasa main-main saja?”

Budi dengan suara agak lugas berkata, “Kalau mereka main-main malah malu-maluin seniornya. Ibaratnya mereka itu kan junior, bibit yang nantinya akan dipakai oleh Barca atau Atletico Madrid,”

Inlander yang Mendarah Daging

Mendengar itu pun saya kaget bukan kepalang. Ya, memang saya awam, namun entah kenapa melihat pertandingan langsung seperti ini atmosfernya berbeda. Bahkan beberapa penonton justru tak menyimak jalannya pertandingan dengan seksama.

Terakhir kali saya menonton pertandingan sepak bola saat Belanda melawan Indonesia hampir satu dekade lalu. Itu pun sama, kondisinya mendapatkan tiket gratis. Namun, saat itu saya justru amat menikmatinya. Bahkan, saya dibuat takjub oleh tiap gerakan dan gempuran para pemain. Mereka benar-benar serius berlaga.

Saya memang datang ke JIS selain untuk melihat baru stadion yang terletak di Jakarta Utara, namun juga kembali ingin merasakan keseruan menonton pertandingan lngsung. Sayangnya, jalannya pertandingan dan permainan yang diharapkan bisa memuncah semangat pun sirna.

Terlebih ketika perbincangan saya dan Budi membuat cenderung menjadi berpikir. Memang panitia telah menarik perhatian, namun permainan yang diharapkan bisa membuat terpukau penonton bisa dikatakan kurang menarik.

Meski, tak kenal nama-nama pemain, setidaknya dengan taktik yang digunakan bisa membuat euforia itu bisa terasa. Ini tidak sama sekali.

Ini mengingatkan saya pada kecenderungan kita menyukai hal-hal berbau asing. “Wah, orang asing pasti lebih wow.” Ah, tidak juga! Kita mengelu-elukan sesuatu yang tidak perlu. Padahal, Indonesia ini memiliki orang-orang berbakat juga.

Tak melulu hal yang berbau asing itu menarik. Contoh sederhananya yaitu ada segelintir orang yang cenderung menganggap bule itu kaya. Ya, kalau uang asing seperti dolar atau euro ditukar dengan mata uang rupiah tentu saja terlihat banyak. Tapi, di negara asalnya belum tentu itu berharga. Mungkin sistem kesehatan mereka lebih baik, namun uang asuransinya pun jauh lebih mahal. Bisa jadi, bule yang dianggap kaya itu hitung-hitungan bahkan pelit.

Jadi, kembali ke persoalan sebelumnya, tak perlu berekspektasi terlalu tinggi dengan orang asing. Bagaimana pun juga, kualitas dan kecakapan orang lokal pun tak kalah lebih bagus dari mereka. Hanya saja terkadang perlu diasah dan ditingkatkan lagi.

Jadi, selamat untuk Jakarta yang memiliki stadion baru. Tentu, sebagai warga Jakarta merasa senang. Terlebih, saat saya masih SMA, Jakarta Utara hanya memiliki GOR saja, tapi kali ini stadion dengan standar internasional.