Scroll untuk baca artikel
Blog

Islamofobia di AS Meningkat

Redaksi
×

Islamofobia di AS Meningkat

Sebarkan artikel ini

Diskriminasi terhadap Muslim di AS meningkat 9% pada 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

BARISAN.CO – Diperkirakan 1,8 miliar atau lebih dari 24% populasi dunia mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim. Islam adalah agama resmi di 26 negara di Asia, Afrika sub-Sahara, Afrika Utara, dan Timur Tengah.

Agama ini tumbuh lebih cepat dari agama lain di seluruh dunia termasuk di Amerika Serikat.

Melansir NBC News, Muslim diproyeksikan menjadi kelompok agama terbesar kedua di AS pada tahun 2040 setelah didorong oleh tingkat kesuburan yang tinggi dan imigrasi.

Laporan tersebut adalah kombinasi survei Pew Research Center dan data dari Biro Sensus AS, yang saat ini mengumpulkan informasi tentang afiliasi agama.

Pew melakukan survei pertamanya terhadap Muslim Amerika pada 2007, di mana saat itu diperkirakan ada 2,35 juta orang di Amerika Serikat. Survei ketiga dan terbarunya, yang diterbitkan pada 2017, memperkirakan jumlahnya mencapai 3,45 juta.

Pada tahun 2050, Muslim diperkirakan menjadi 2,1 persen dari total populasi AS atau sekitar 8,1 juta orang.

Di samping populasi, umat Islam juga punya kehadiran yang makin besar di ruang publik. Beberapa figur politik beragama Islam seperti Keith Ellison, Andre Carson, Ilhan Omar, dan Rashida Tlaib, tampil dalam kongres di AS.

Sejarah Masuknya Islam ke AS

Ada beberapa bukti menunjukkan, Muslim pertama datang ke Amerika melalui budak Afrika yang ikut kapal Columbus pada abad ke-17. Para ahli memperkirakan, seperempat hingga sepertiga dari budak Afrika itu adalah Muslim.

Sejumlah besar Morisco (mantan Muslim Spanyol dan Portugal) juga datang ke koloni Spanyol, termasuk banyak daerah yang sekarang disebut Amerika Serikat.

Walaupun orang-orang yang dijadikan budak itu tidak diberi kebebasan beragama, banyak yang mempraktikkan iman secara rahasia dan mewariskannya kepada anak-anak mereka.

Gelombang signifikan berikutnya dari imigran Muslim sejak pertengahan abad ke-19. Selama akhir abad ke-19 hingga 1920-an, sejumlah besar orang Arab, sebagian besar dari Lebanon dan Suriah Raya, tiba di Amerika Serikat. Meskipun mayoritas imigran ini (hampir 90%) adalah orang Kristen Arab, ada kelompok Muslim yang cukup besar, yang sebagian besar menetap di Midwest.

Orang Afrika-Amerika mulai menemukan kembali akar Islam Afrika mereka setelah Migrasi Besar Orang Hitam dari Selatan ke kota-kota Utara setelah Perang Dunia I dan II.

Populasi Muslim Meningkat, Islamofobia Masih Tinggi

Namun, yang amat disayangkan, diskriminasi terhadap umat Muslim di AS masih terjadi hingga kini. Diskriminasi terhadap Muslim di AS meningkat sebesar 9% pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya, menurut sebuah laporan yang dirilis April lalu oleh kelompok hak-hak sipil dan advokasi Muslim.

Pejabat dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengadakan konferensi pers untuk merilis temuan laporan, berjudul “Masih Tersangka: Dampak Islamofobia Struktural.”

CAIR menerima 6.720 pengaduan secara nasional tahun lalu yang melibatkan berbagai masalah termasuk imigrasi, diskriminasi perjalanan, penegakan hukum dan penjangkauan pemerintah, insiden kebencian dan bias, hak asuh, insiden sekolah, dan insiden kebebasan berbicara.

“Ini merupakan jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan ke CAIR dalam 27 tahun. Tonggak sejarah ini mengkhawatirkan,” kata Direktur Eksekutif Nasional CAIR Nihad Awad pada konferensi pers.

Nihad mencatat, Islamofobia bersifat struktural dan mendalam di masyarakat AS.

“Islamofobia telah menjadi arus utama di Amerika. Itu masuk ke lembaga pemerintah dan ruang publik melalui undang-undang, kebijakan, retorika politik, dan manifestasi lainnya,” tambahnya.

Laporan tersebut menemukan, terjadi peningkatan 55% dalam penegakan hukum dan pengaduan pemerintah yang berlebihan pada tahun 2021. Sementara, ada peningkatan 28% dalam insiden kebencian dan bias yang mencakup pelepasan paksa jilbab, pelecehan, vandalisme, dan serangan fisik.