BARISAN.CO – Allah swt telah melimpahkan karunia dan nikmatnya kepada hamba yang beriman. Salah satu nikmat terpenting yakni nikmat iman dan Islam, tentu hal ini perlu diperkuat dengan nikmat istiqomah.
Olah karena itu semoga nikmat istiqomah senantiasa selalu terjaga. Adapun arti istiqomah adalah senantiasa berada pada garis dan jalan yang benar, baik dengan ucapan, perbuatan, dan hati.
Hadis riwayat Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi, ia berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ
Artinya” “Wahai Rasulullâh, katakan kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun setelah Anda!” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘aku beriman’, lalu istiqomahlah.”(HR Muslim).
Allah Swt berfirman dalam surah Hud ayat 112:
فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar (istiqomah), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112).
Ayat di atas menjelaskan bahwasanya nikmat Allah Swt kepada hambanya tidak terbatas oleh karena itu hendaknya untuk istiqomah. Barangsiapa yang menjalankan sikap tersebut maka para malaikat akan memberikan kabar gembira.
Sedangkan contoh perilaku istiqomah yakni, pertama, tidak melampaui batas dalam perbuatan yang artinya untuk senantiasa bersyukur.
Kedua, meyakini bahwa Alla Swt memberikan nikmat dan ujian bagian dari ke-Esaan Allah.
Ketiga, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Cara agar istiqomah
Setelah memahami arti penting perilaku istiqomah, lantas bagaimana merealisasikan perilaku tersebut?
Berikut ini cara agar istiqomah yang ditulisakan Syekh Abdur Razzaq Bin Abdul Muhsin Al-Badr:
1. Mengikhlaskan niat semata-mata hanya mengharap Allah dan karena Allah swt. Ketika beramal, tiada yang hadir dalam jiwa dan pikiran kita selain hanya Allah dan Allah. Karena keikhlasan merupakan pijakan dasar dalam bertawakal kepada Allah. Tidak mungkin seseorang akan bertawakal, tanpa diiringi rasa ikhlas.
2. Bertahap dalam beramal. Dalam artian, ketika menjalankan suatu ibadah, kita hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun rutin. Bahkan sifat kerutinan ini jika dipandang perlu, harus bersifat sedikit dipaksakan. Sehingga akan terwujud sebuah amalan yang rutin meskipun sedikit. Kerutinan inilah yang insya Allah menjadi cikal bakalnya keistiqamahan. Seperti dalam bertilawah Al-Qur’an, dalam qiyamul lail dan lain sebagainya; hendaknya dimulai dari sedikit demi sedikit, kemudian ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
3. Diperlukan adanya kesabaran. Karena untuk melakukan suatu amalan yang bersifat kontinyu dan rutin, memang merupakan praktek yang berat. Karena kadangkala sebagai seorang insan, kita terkadang dihinggapi rasa giat dan kadang rasa malas. Oleh karenanya diperlukan kesabaran dalam menghilangkan rasa malas ini, guna menjalankan ibadah atau amalan yang akan diistiqamahi.
4. Istiqamah tidak dapat direalisasikan melainkan dengan berpegang teguh terhadap ajaran Allah swt. Allah berfirman (QS. Al Imron: 101): “Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
5. Istiqamah juga sangat terkait erat dengan Tauhidullah. Oleh karenanya dalam beristiqamah seseorang benar-benar harus mentauhidkan Allah dari segala sesuatu apapun yang di muka bumi ini. Karena mustahil istiqamah direalisasikan, bila dibarengi dengan fenomena kemusyrikan, meskipun hanya fenomena yang sangat kecil dari kemusyrikan tersebut, seperti riya. Menghilangkan sifat riya ‘dalam diri kita merupakan bentuk istiqamah dalam keikhlasan.