Scroll untuk baca artikel
Risalah

Jalan Kemerdekaan, Nikmat Indonesia Mana yang Kamu Dustakan

Redaksi
×

Jalan Kemerdekaan, Nikmat Indonesia Mana yang Kamu Dustakan

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Jalan kemerdekaan bagi mereka yang memahami arti perjuangan. Harta dan nyawa jadi taruhan. Seperti halnya manusia mengharapkan kemerdekaan pada dirinya, terbebas dari persoalan yang membelenggu.

Hari Ulang Tahun Ke-76 Republik Indonesia mencari jalan kemerdekaan yang hakiki. Begitu juga manusia ingin menemukan hakikat dalam mengarungi kehidupannya. Hakikat tersebut yakni tujuan manusia itu sendiri.

Apa lagi makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang saat ini lagi dilanda Pandemi Covid-19. Entah mau dibawa ke mana arti kemerdekaan di suasana yang penuh dengan pembatasan.

Sebab jalan kemerdekaan tidak ada pembatasnya, meski ada jalan buntuk. Tapi bagi yang memiliki keyakinan, sebagaimana pepatah masih banyak jalan menuju Roma.

Kehidupan seorang memiliki tujuan dan untuk mengapai tujuan tersebut harus dilalui dengan berbagai cobaan dan rintangan.

Karena pastinya seseorang diuji dengan berbagai macam cobaan, bahkan ada isyarat bahwa setiap ujian manusia sesuai dengan kemampuan manusia.

Lain lagi dengan permainan sepak bola, dalam mencapai tujuan kemenangan atau tangga juara harus dilalui berbagai kompetisi yang telah ditentukan. Ia harus melewati tangga terendah yakni pada fase group.

Itu persoalan sepak bola, seperti kehidupan manusia ia akan melewati satu demi satu tangga yang harus dilewati seperti kompetisi sepak bola.

Ketika ia mampu melewati tangga nomer satu saatnya menuju tangga kedua dan seterusnya dan setiap tangga tentu memiliki halang rintang yang berbeda.

Tarekat Kemerdekaan

Lain lagi dengan dunia sufistik, jalan diartikan dengan tarekat. Memiliki persamaan dengan kata-kata syariah, sabil, shirath dan manhaj yang masing-masing berarti jalan.

Sedangkan yang dimaksud dengan tarekat adalah jalan menuju Allah guna mendapatkan ridha-Nya dengan menjalankan perintah serta menjauhi larangan.

Dengan menempuh jalan tersebut, para sufi ingin mendapatkan karunia Allah guna memperoleh bahagia untuk bertemu dengan kekasihnya.

Sekiranya mereka tetap berjalan di jalan yang lurus lempang, Pastilah Kami beri mereka minum air berlimpahan. ” (QS. Asy Syuara: 16).

Hidup bahagia dari kalangan sufi itu diibaratkan seperti ayat diatas yakni dengan air yang melimpah ruah. Inilah yang dimaksud dengan karunia Ilahi yang di disebut dengan air kehidupan.

Mengharap ridho Allah, para sufi memiliki jalan lain berupa wirid atau kalimat-kalimat pujian terhadap kekasinya. Seperti wirid; ilahi anta maqshidu wa ridlaka mathlubi (Wahai Tuhanku Engkaulah tujuanku dan ridha-Mulah yang kucari).

Dari berbagai macam uraian jalan menuju kemerdekaan, kita memiliki sandaran masing-masing, dimana hal tersebut mampu menjadikan seseorang mencapai puncak kejayaan dan tentunya kebahagiaan.

Maka saatnya seseorang menentukan jalan masing-masing dan tentunya jalan yang terbaik, serta tidak lupa sebagai umat yang beragama seseorang sebenarnya sudah dituntun dengan huda linnas (pentunjuk bagi umat manusia).

Begitu juga dengan jalan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Patut bersyukur atas limpahan kekayaan berupa sumber daya alam. Lantas nikmat Indonesia manakah yang kamu dustakan… wahai pemimpin.