Scroll untuk baca artikel
Blog

Jamal Khashoggi, Jurnalis yang Dibunuh Atas Perintah Putra Mahkota Arab Saudi

Redaksi
×

Jamal Khashoggi, Jurnalis yang Dibunuh Atas Perintah Putra Mahkota Arab Saudi

Sebarkan artikel ini

November 2016, Jamal mengkritik terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Kritiknya tersebut mengganggu kerajaan Saudi karena banyak yang mendukung Trump.

Beberapa setelah kritikan itu, pemerintah Saudi menegaskan pernyataan Jamal tidak mewakili pemerintah Arab Saudi atau posisinya di tingkat mana pun. Diketahui, saat itu MBS juga sedang menjalin hubungan dekat dengan Trump.

Menjelang akhir November 2016, penguasa melarang Jamal menulis di surat kabar, tampil di TV, dan menghadiri konferensi. Salah satu penasihat MBS bahkan menghubungi Jamal. “Kamu tidak dapat men-tweet, tidak dapat tampil di TV, tidak dapat menulis. Titik. Kamu tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Kamu sudah berakhir.”

Kurang dari setahun, khawatir dengan serentetan penangkapan intelektual publik serta penulis terkemuka, Jamal pindah ke AS. Pada bulan yang sama, MBS naik jabatan menjadi Wakil Perdana Menteri.

Kemudian, Jamal menjadi kolumnis di Washington Post. Di AS, dia memanfaatkan sepenuhnya kebebasan barunya. Dia menulis dan berbicara dengan berani, mengadvokasi kebebasan berbicara dan demokrasi. Dia juga mengkritik pemenjaraan aktivis politik rezim Saudi dan perilaku Saudi terhadap perang di Yaman.

“Ketika saya berbicara tentang ketakutan, intimidasi, penangkapan, dan penghinaan publik terhadap para intelektual dan pemimpin agama yang berani mengungkapkan pikiran mereka, dan kemudian saya memberi tahu kalian bahwa saya dari Arab Saudi, apakah kalian terkejut?”Jamal Khashoggi, Washington Post, 18 September 2017

MBS merasa terusik. Dia pun mengutus utusannya untuk membujuk Jamal kembali ke Arab Saudi. Jamal skeptis. Ketika Jamal terus mengkritik kebijakan Saudi, MBS meningkatkan tekanan mengintimidasinya dan membungkamnya. Bahkan, meretas telepon Jamal.

Pemerintah Saudi melihat ada kesempatan menghabisi Jamal saat dia pergi dengan tunangannya ke Turki.

Saat memasuki Konsulat Saudi di Turki, kerajaan Saudi telah menerbangkan tim operasi khusus untuk membunuhnya. Jamal disuntik dengan sejumlah obat yang mengakibatkannya overdosis. Kemudian, tubuhnya dimutilasi. Intelijen Turki menunjukkan, Jamal mungkin telah mati dalam waktu 10 menit setelah memasuki Konsulat.

Desember 2018, Jamal mendapatkan penghargaan dari majalah Time untuk karyanya dalam jurnalisme lain dengan jurnalis lain yang menghadapi penganiayaan politis atas pekerjaannya. Majalah Time menyebut, Jamal sebagai Penjaga dalam Perang Melawan Kebenaran.

Laporan intelijen AS pada Februari 2021 menyimpulkan, pembunuhan Jamal dilakukan atas nama dan disetujui oleh MBS. Akan tetapi, kini AS justru mempertimbangkan kekebalan terhadap MBS.