Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Jangan Berperilaku Seperti Keledai: Al-Jumu’ah Ayat 5

Redaksi
×

Jangan Berperilaku Seperti Keledai: Al-Jumu’ah Ayat 5

Sebarkan artikel ini

Jangan berperilaku seperti keledai, perumpamaan buruk

Seperti telah dikemukakan di atas, Allah Swt menyerupakan bangsa Yahudi dengan keledai yang termasuk jenis binatang yang bodoh dan tidak disukai manusia. Sudah tentu, permisalan tersebut betul-betul mengandung celaan bagi bangsa Yahudi.

Syekh Al-Utsaimin rahimahullah menegaskan, “Sesungguhnya Allah Swt tidaklah menyerupakan manusia dengan jenis binatang melainkan dalam konteks celaan dan hinaan. Sebagaimana firman ayat di atas yang menyebutkan penyerupaan dengan keledai, dan ayat lain yang menyebutkan penyerupaan dengan anjing.”

Begitu pula, Rasulullah Saw menggunakan binatang sebagai perumpamaan untuk maksud yang sama (cercaan), seperti sabda beliau berikut ini: “Seorang yang menarik kembali (hadiah) pemberiannya, maka dia tak ubahnya seperti seekor anjing yang muntah kemudian menelan kembali muntahannya itu.” (HR. Bukhari Muslim)

Berbagai sikap manusia terhadap ayat-ayat Allah Swt

Setelah menjelaskan kandungan makna ayat di atas, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menjabarkan ragam sikap dan reaksi manusia dalam berinteraksi dengan ayat-ayat Allah Swt sebagai petunjuk:

Pertama: yang menerimanya secara lahir dan batin. Mereka ada dua macam:

1.      Orang-orang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya. Mereka itulah para ulama yang memahami dengan baik dan benar tentang maksud-maksud ayat-ayat Allah Swt, selanjutnya mereka dapat memetik intisari pelajaran serta rahasia hikmah yang terkandung di dalamnya.

2.      Orang-orang yang menjaga kitab Swt, mengingat serta menyampaikannya, namun mereka bukan termasuk yang dapat memetik intisari hukum maupun pelajaran di dalamnya dan tidak pula mampu mengungkapkan kandungan hikmahnya.

Kedua: Orang-orang yang menolak secara lahir dan batin serta mengingkarinya. Golongan ini pun terbagi menjadi dua macam :

1.      Kaum yang mengetahui kebenaran kitab Allah Swt serta meyakini keabsahannya, namun mereka takluk oleh kedengkian hati, kesombongan maupun ambisiusme kepemimpinan di hadapan kaum mereka sehingga semua itu membuat mereka menolak kitab suci Allah SWT.

2.      Adapun yang lainnya adalah para pengikut jenis pertama kelompok ini. Mengagungkan atau mengkultuskan mereka dalam setiap ucapan, sikap dan keputusan. Menjadikan mereka sebagai panutan yang diikuti.

Ketiga: Orang yang mendapatkan pelita hidaya

1.      Mereka yang telah mendapatkan pelita hidayah kemudian menjadi buta dan tersesat, telah berilmu kemudian menjadi gelap hati tanpa cahaya, telah beriman namun kemudian berpaling kafir mengingkari. Mereka itu adalah para pemuka kaum munafiqin.