Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Jangan Berperilaku Seperti Keledai: Al-Jumu’ah Ayat 5

Redaksi
×

Jangan Berperilaku Seperti Keledai: Al-Jumu’ah Ayat 5

Sebarkan artikel ini

2.      Atau mereka yang memiliki pandangan lemah. Mereka menjauh dari mendengarkan al-Qur’an, kalaupun mereka mendengarnya, maka mereka menutup telinga seraya berkata “jauhkan kami dari ayat-ayat ini!”. Bahkan seandainya mereka mampu, niscaya mereka akan mengambil tindakan buruk bagi siapapun yang memperdengarkan al-Qur’an atau mengajarkannya kepada mereka. Nau`udzubillah min dzalik

Keempat: Kaum Mukminin yang menyembunyikan keimanan di hadapan kaum mereka seperti sebagian keluarga Fir`aun, atau seperti an-Najasyi yang dikabarkan bahwa Rasulullah SAW telah menyalatkan jenazahnya.

Perumpamaan berlaku umum, bukan Yahudi semata

Para Ulama menjelaskan bahwa ayat ini tentang larangan jangan berperilaku seperti keledai tidak hanya berlaku pada kaum Yahudi saja, akan tetapi juga mencakup siapapun yang mengabaikan ayat-ayat Allah, termasuk umat Muhammad yang mengabaikan ayat-ayat al-Qur’an.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan ayat di atas dengan berkata, “Allah Swt menggambarkan manusia yang telah ditugasi mengemban kitab suci-Nya untuk diyakini, dicermati, diamalkan dan didakwahkan, namun ternyata mereka menyelisihinya, mereka sekedar menghapalnya tanpa tadabbur (penghayatan), tidak mengikuti petunjuknya, tidak pula berhukum dengannya dan mengamalkannya, sungguh mereka itu ibarat keledai yang membawa kitab-kitab namun tidak memahami isi yang terdapat di dalamnya. Nasib mereka persis sama seperti nasib keledai. Perumpamaan ini sekalipun mengetengahkan contoh kaum Yahudi, akan tetapi maknanya mencakup siapapun yang mengemban kitab suci al-Qur’an, akan tetapi tidak mengamalkannya, tidak menunaikan kandungan al-Qur’an atau memperhatikannya sebagaimana mestinya”.

Setelah kita mengetahui semuanya, lantas apakah diantara kita yang yang masuk dalam perumpamaan seperti di atas (bagaikan keledai)? Nabi Saw telah menegaskan bahwa mengamalkan ilmu yang telah diketahui merupakan konsekuensi logis.

Di hari Kiamat kelak, setiap hamba akan dimintai pertanggungjawaban dari ilmu yang telah ia miliki, apakah sudah diamalkan, atau bahkan mungkin diselewengkan.

Nabi Saw bersabda:  “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat sampai ditanya tentang umurnya, bagaimana ia menghabiskannya; tentang ilmunya; apa yang ia kerjakan dengannya; tentang hartanya, dari manakah dia mendapatkannya dan bagaimana ia membelanjakannya, serta tentang raganya; bagaimana ia mempergunakannya.” (HR. At-Tirmidzi)