Sesi kedua dilanjutkan dengan penjelasan mengenai dinamika media sosial oleh Abdul Imanulhaq. Ia menggambarkan media sosial sebagai arena yang sangat luas dan berubah cepat, sehingga para pengelola tidak bisa hanya mengandalkan satu pola, tetapi harus terus bereksplorasi.
“Media sosial itu belantara yang harus dijelajahi. Setiap platform memiliki tipe pengguna dan strategi tersendiri. Konten video, teks, foto, semuanya punya pengaruh berbeda,” ujar Aim, sapaan akrabnya.
Aim menekankan pentingnya memahami metode pengelolaan media sosial secara menyeluruh. Mulai dari penetapan segmentasi pengguna dan perilaku online-nya, penentuan tujuan setiap unggahan, hingga strategi membangun hubungan antara akun dengan audiens.
Menurutnya, kesuksesan media sosial bertumpu pada konsistensi, pemahaman perilaku platform, serta kemampuan menciptakan konten yang relevan dan interaktif.
“Setiap platform punya bahasanya sendiri. Instagram mementingkan visual, Facebook mengutamakan engagement, sementara TikTok mengandalkan storytelling cepat dan impresif. Semua harus dipahami,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa pemilihan platform harus disesuaikan dengan kebutuhan organisasi, bukan sekadar mengikuti tren. Setiap unggahan harus memiliki tujuan, apakah untuk edukasi, dokumentasi kegiatan, penguatan identitas organisasi, atau membangun kedekatan dengan publik.
Kegiatan workshop ini mendapatkan respons positif dari peserta yang berasal dari berbagai MD KAHMI se-Jawa Tengah. Mereka menilai kegiatan ini penting untuk pemetaan peran media KAHMI di tengah pesatnya perkembangan ekosistem digital. []







