Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Kala Pandemi, Ketimpangan Ekonomi Makin Meningkat

Redaksi
×

Kala Pandemi, Ketimpangan Ekonomi Makin Meningkat

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Suasana pandemi Covid-19 telah banyak menimbulkan perubahan, diantaranya ketimpangan ekonomi makin meningkat. Virus Corona membuat yang kaya tetap bahkan semakin kaya sementara yang miskin akan semakin miskin.

Lembaga riset Oxfam dalam laporannya berjudul The Inequality Virus ditemukan 1.000 orang terkaya di dunia memulihkan kerugian akibat pandemi hanya dalam kurun waktu sembilan bulan, akan tetapi dibutuhkan lebih dari satu dekade bagi orang termiskin untuk memulihkan perekonomiannya.

Laporan tersebut menunjukkan adanya potensi peningkatan ketimpangan ekonomi hampir di seluruh negara yang terjadi pertama kalinya sejak lebih dari satu abad yang lalu.

Dibutuhkan setidaknya waktu 14 kali lebih lama bagi orang yang hidup dalam kemiskinan untuk kembali ke tingkat pra-pandemi dibandingkan yang dibutuhkan oleh para miliarder untuk bangkit.

Oxfam juga menyebut jika sistem ekonomi yang dicurangi memungkinkan para elit super kaya untuk mengumpulkan kekayaan di tengah resesi terburuk sejak Depresi Hebat pada 1930-an. Sementara itu, miliaran orang berjuang demi memenuhi kebutuhannya. Artinya pandemi akan memperdalam kesenjangan ekonomi, ras, dan gender yang telah berlangsung sejak lama.

Menurut Direktur Eksekutif Oxfam Internasional, Gabriela Bucher bahwa kesenjangan antara orang kaya dan miskin terbukti sama mematikannya dengan virus Covid-19.

“Ekonomi yang curang menyalurkan kekayaan ke elit kaya yang menunggangi pandemi dalam kemewahan sementara mereka yang berada di garis depan seperti asisten toko, petugas kesehatan, dan pedagang pasar berjuang untuk membayar tagihan dan meletakkan makanan di atas meja,” kata Gabriela dikutip dari oxfamamerica.org, Kamis (16/7/2021).

Gabriela menambahkan jika perempuan dan kelompok ras serta etnis yang terpinggirkan menanggung beban krisis ini. Mereka juga akan lebih mungkin terjerembab dalam kemiskinan, kelaparan, bahkan tidak mendapatkan akses perawatan kesehatan yang memadai.

Virus menyerang lebih dari separuh pekerja di negara-negara miskin dan tiga perempat pekerja di seluruh dunia tidak memiliki akses perlindungan sosial seperti upah sakit maupun tunjangan pengangguran.

“Perang melawan ketidaksetaraan harus menjadi inti dari upaya penyelamatan dan pemulihan ekonomi. Pemerintah harus memastikan setiap orag memiliki akses vaksin Covid-19 dan dukungan keuangan jika mereka kehilangan pekerjaan,” tambah Gabriela.

Gabriela juga mengatakan jika pemerintah harus berinvestasi dalam layanan publik dan sektor rendah karbon agar menciptakan jutaan pekerjaan baru dan memastikan setiap orang memiliki akses pendidikan, kesehatan, dan perawatan sosial yang layak, dan mereka harus memastikan individu serta perusahaan terkaya menyumbangkan bagian pajak yang adil untuk membayarnya.

“Langkah-langkah ini tidak boleh menjadi solusi bantuan plester untuk masa-masa sulit, namun kenormalan baru dalam ekonomi yang bekerja untuk kepentingan semua orang. Bukan hanya segelintir orang yang memiliki hak istimewa,” pungkas Gabriela.

PPKM dan Pergolakan Masyarakat

Indonesia saat ini tengah memberlakukan PPKM Darurat di Jawa dan Bali. Namun, masih banyak warga yang menolak untuk ditertibkan terutama bagi mereka harus mencari makan. Bahkan pertikaian dengan aparat pun kerap kali tak terhindarkan.

Bagi Awalil Rizky, meskipun ia adalah ekonom, namun keselamatan rakyat harus diprioritaskan. Sehingga, ia menyarankan di saat pemerintah menghapus pembiayaan koorporasi dan sebaiknya menggenjot UMKM.

Selain itu, Awalil juga menambahkan, alangkah baiknya jika pemberian bantuan sosial itu berwujud uang tunai dibandingkan barang berupa sembako. Karena menurutnya, sembako hanya akan melibatkan pelaku-pelaku besar meskipun ukurannya lokal.