Scroll untuk baca artikel
Blog

Kekeliruan Umum Menilai Kinerja APBN (Bagian Satu)

Redaksi
×

Kekeliruan Umum Menilai Kinerja APBN (Bagian Satu)

Sebarkan artikel ini

Biasanya dikedepankan tingkat kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Baik dalam hal nilai total dan terutama untuk subkelompok atau anggaran tematik tertentu. Sebagian besar dianggap dianggap mengalami perbaikan jika nilainya bertambah. Tentu saja ada pengecualian, seperti pembayaran bunga utang.

Pengamat ekonomi pun cenderung memakai perspektif serupa. Hanya saja, pengamat yang kritis mengemukakan bagian yang tidak disoroti penjelasan Pemerintah antara lain karena kenaikannya rendah atau bahkan menurun. Mereka juga mengkritisi porsi subkelompok atau tematik yang kadang berujung pada mempertanyakan prioritas anggaran.  

Perspektif atau cara analisis demikian sebenarnya kurang tepat, bahkan berpotensi mengandung kekeliruan. Fokus perhatiannya lebih kepada input atau apa yang digunakan dalam menghasilkan output. Input disajikan sebagai besaran biaya.

Bisa saja, belanja subkelompok atau tematik tertentu naik, namun outputnya tidak meningkat. Sekurangnya, persentase kenaikan nilai input kemungkinan besar tidak setara dengan kenaikan nilai output. Ada faktor kenaikan harga dan biaya yang mesti diperhitungkan.

Mesti ditelisik tentang apa yang dikerjakan atau proses menggunakan input tersebut. Bisa disebut sebagai kegiatan. Selanjutnya tentang apa yang dihasilkan kegiatan tersebut. Umumnya dinamakan output berupa produk, barang, dan atau jasa akhir.   

Analisis APBN yang memperhitungkan kegiatan dan output pun sebenarnya belum mencukupi. Perlu pencermatan tentang apa yang ingin dicapai. Biasa dikenal dengan istilah hasil (outcome), yaitu manfaat dalam jangka pendek dan jangka menengah  dari output.

Akan menjadi lebih lengkap jika dianalisis tentang apa yang ingin diubah. Hasil yang diperoleh dalam jangka menengah dan panjang. Biasanya dikaitkan dengan capaian indikator pembangunan ekonomi yang utama. Istilah yang dipakai adalah dampak (impact).

Sebagai ilustrasi, diskusi tentang anggaran infrastruktur tidak tepat jika dengan mengedepankan perbandingkan besaran alokasinya yang bersifat input. Mesti dikupas tentang kegiatan, output, outcome dan impact.

Bisa saja terjadi, input dipakai makin banyak dan memang menghasilkan output. Namun output itu tidak menghasilkan outcome sesuai harapan. Sangat minimal pula dalam hal dampak atau impact pembangunan ekonomi seperti kesejahteraan rakyat di sekitarnya. Hal demikian biasanya juga terkait dengan kegiatan yang kurang berefek multiplier bagi rakyat.

Narasi kebijakan belanja yang makin meningkat pesat atau APBN yang bersifat ekspansif merupakan hal tepat dan sangat dibutuhkan saat ini menjadi perlu dikritisi.